Khamis, 28 Mac 2019

Aktiviti dan keadaan tubuh manusia. 9301.



Misteri Tubuh Manusia, Kenapa Menguap Bisa Menular?
GLORIA SETYVANI PUTRI
Kompas.com - 15/03/2019, 12:55 WIB
Salah satu siswa menguap di sela upacara bendera pada hari pertama masuk sekolah di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 243 Palembang, Sumatera Selatan, Senin (16/7). Hari pertama masuk sekolah tahun ajaran 2018-2019 dimulai secara serentak di Indonesia pada Senin 16 Juli.
Salah satu siswa menguap di sela upacara bendera pada hari pertama masuk sekolah di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 243 Palembang, Sumatera Selatan, Senin (16/7). Hari pertama masuk sekolah tahun ajaran 2018-2019 dimulai secara serentak di Indonesia pada Senin 16 Juli. (ANTARA FOTO/Feny Selly)

KOMPAS.com - Tahukah Anda, setiap tanggal 15 Maret diperingati sebagai Hari Tidur Sedunia atau World Sleep Day?


World Sleep Day adalah acara tahunan yang dibentuk dan diselenggarakan Komite Tidur Seduni (World Sleep Society) yang sebelumnya bernama World Association of Sleep Medicine sejak 2008.

Melalui situs resminya, World Sleep Society ingin mengajak masyarakat luas menangani masalah-masalah terkait tidur, termasuk pemakaian obat, pendidikan, aspek sosial, dan mengemudi.

Program ini bertujuan untuk mengurangi beban masalah tidur pada masyarakat melalui pencegahan dan pengelolaan gangguan tidur yang lebih baik.


Nah, salah satu hal yang berkaitan dengan tidur adalah menguap sebagai tanda kita mengantuk. Pernahkah Anda memperhatikan mengapa saat orang menguap, orang di sebelahnya akan ikut menguap?

Untuk itu, Misteri Tubuh Manusia kali ini akan membahas tentang mengapa menguap itu menular?

Sebuah penelitian yang dipublikasikan di jurnal Current Biology pada 31 Agustus 2017 mengungkap bagaimana fenomena itu bisa terjadi.

Peneliti menyebut jika perilaku tersebut muncul karena adanya aktivitas di bagian otak yang bertanggung jawab atas fungsi motorik.

Untuk mempelajari apa yang terjadi di otak seseorang saat melihat orang lain menguap, para peneliti melakukan pengamatan terhadap 36 orang dewasa.

Mereka diminta untuk menonton video orang lain yang sedang menguap. Dengan menggunakan stimuli magnetik transkranial (TMS), para peneliti lalu mengukur aktivitas otak partisipan selama percobaan.

Dalam satu percobaan, orang-orang diminta untuk mencoba dan menahan menguap saat melihat video orang yang menguap. Pada percobaan lain, para peserta diberi instruksi yang sama, tetapi peneliti juga menambahkan arus listrik ke kulit kepala para partisipasan tersebut.

Arus ini dimaksudkan untuk merangsang korteks motorik yang diperkirakan bisa mengendalikan menguap.

Selama eksperimen, peserta juga diminta untuk memperkirakan keinginan mereka untuk menguap.

Hasilnya, peneliti menemukan jika kecenderungan seseorang untuk meniru menguap ini berkaitan dengan tingkat aktivitas otak di korteks motor seseorang.

Semakin banyak aktivitas di daerah tersebut, maka kecenderungan seseorang untuk menguap semakin meningkat.

Hal ini terbukti ketika arus listrik dialirkan ke daerah tersebut. Dorongan untuk menguap turut meningkat.

Selanjutnya, para peneliti juga menemukan bahwa hanya sebagian yang sukses menolak keinginan untuk menguap.

Saat partisipan diminta untuk menolak menguap, dorongan untuk menguap justru naik.
"Dengan kata lain dorongan untuk menguap meningkat seiring dengan keinginan diri sendiri untuk mencoba menghentikan aktivitas menguap itu," kata Georgina Jackson, profesor neuropsikologi kognitif di Universitas of Nottingham Inggris yang terlibat dalam penelitian ini seperti dikutip Live Science, Kamis (31/8/2017).


Peneliti juga menyebut jika perilaku menguap yang menular itu merupakan jenis echophenomenon.

Dengan kata lain, itu adalah perilaku meniru orang lain secara otomatis. Echophenomena sendiri ada bermacam jenisnya, termasuk di antaranya adalah echolalia atau meniru kata-kata seseorang dan echopraxia atau meniru tindakan seseorang.

Temuan lain juga menunjukkan jika menguap yang menular ternyata bukan hanya terjadi pada manusia. Hewan lain termasuk anjing dan simpanse juga rentan mengalami fenomena tersebut.

https://sains.kompas.com/read/2019/03/15/125500623/misteri-tubuh-manusia-kenapa-menguap-bisa-menular-#

Hukum Mengusap Wajah setelah Berdoa
by yudi
Hukum Mengusap Wajah setelah Berdoa
TERDAPAT beberapa hadits yang datang dalam masalah ini, di antaranya, Al-Imam Abu Dawud –rohimahullah- berkata:
حدَّثنا قتيبةُ بن سعيد، حدَّثنا ابنُ لهيعة، عن حفص بن هاشم بن عتبةَ بن أبي وقاص، عن السائب بن يزيد عن أبيه: أن النبيَّ – صلَّى الله عليه وسلم – كان إذا دعا فرَفَعَ يَدَيْهِ مَسَحَ وَجْهَه بيَدَيْهِ
“Qutaibah bin Said telah menceritakan kepada kami, (dia berkata) Ibnu Lahi’ah telah menceritakan kepada kami, dari Hafsh bin Hasyim bin ‘Utbah bin Abi Waqqosh dari As-Saib bin Yazid dari bapaknya : “Sesungguhnya nabi-shollallahu ‘alaihi wa sallam- apabila berdo’a, beliau mengangkat kedua tangannya dan mengusapkannya ke wajahnya.”
Hadits tersebut di atas dikeluarkan oleh : Abu Dawud : 2/611 No : 1492, Ahmad : 29/462 no : 17943, Ath-Thobrani dalam “Mu’jam Al-Kabir” : 631, Al-Baihaqi dalam “Ad-Da’awat” : 310, Abu Nu’aim Al-Ashbahni dalam “Ma’rifatush Shahabat” : 6614 dan selainnya. Semuanya dari jalan periwayatan : Qutaibah bin Said dengan sanad yang telah disebutkan oleh Abu Dawud di atas.
Hadits di atas sanadnya lemah karena:
1). Hafsh bin Hasyim bin ‘Utbah : majhul
2). Ibnu Lahi’ah dan beliau adalah Abdullah bin Lahi’ah : lemah.
Diriwayatkan pula oleh Abu Dawud dari jalur lain. Beliau –rohimahullah- berkata : Abdullah bin Maslamah telah menceritakan kepada kami, (dia berkata) Abdul Malik bin Muhammad bin Aiman telah menceritakan kepada kami, (dia berkata) dari Abdullah bin Ya’qub bin Ishaq, dari seorang yang telah menceritakan kepadanya dari Muhammad bin Ka’ab Al-Qurthubi (dia berkata) Abdullah bin Abbas –rodhiallohu ‘anhu- telah menceritakan kepadaku, sesungguhnya Rosulullah-shollallahu ‘alaihi wa sallam- telah berkata:

“لا تسْتُروا الجُدُرَ، مَنْ نَظَرَ في كتاب أخيه بغير إذنه فإنما يَنْظُرُ في النار، سَلُوا الله ببُطُونِ أكُفِّكُم، ولا تسألوه بظُهُورِها، فإذا فرغتُم فامْسَحُوا بها وجوهَكُم”
“Janganlah kalian menutupi tembok-tembok dengan kain kalian, barang siapa yang melihat tulisan saudaranya tanpa seizinnya maka sesungguhnya ia telah melihat kepada Neraka, mintalah kepada Allah dengan menengadahkan telapak tanganmu dan jangan meminta dengan belakang telapak tangan dan apabila kalian telah selesai maka usaplah muka kalian dengan keduanya.”
Hadits di atas dikeluarkan oleh Abu Dawud : 1485 dan sanadnya dhoif (lemah). Karena rawi dari Muhammad bin Ka’ab Al-Qurthubi disebutkan secara mubham (tidak disebutkan namanya). Oleh karena itu, Abu Dawud sendiri setelah menyebutkan hadits di atas berkata :
رُوِيَ هَذَا الْحَدِيثُ مِنْ غَيْرِ وَجْهٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ كَعْبٍ كُلُّهَا وَاهِيَةٌ، وَهَذَا الطَّرِيقُ أَمْثَلُهَا وَهُوَ ضَعِيفٌ أَيْضًا
“Hadits ini telah diriwayatkan dari berbagai jalur dari Muhammad bin Ka’ab, seluruhnya lemah. Dan jalur ini, semisal dengannya, ia lemah juga.” [ Sunan Abu Dawud : 2/78 ].
Al-Imam At-Tirmidzi –rohimahullah- telah meriwayatkan dari Umar bin Al-Khathab –rodhiallohu ‘anhu-. Beliau –rohimahullah- berkata : Abu Musa Muhammad bin Al-Mutsanna , Ibrohim bin Ya’qub dan selainnya telah menceritakan kepada kami, (mereka berkata) Hammad bin Isa Al-Juhani telah menceritakan kepada kami, dari Handzolah bin Abi Sufyan Al-Juhami dari Salim bin Abdullah dari bapaknya dari Umar bin Al-Khathab dia berkata :
كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا رَفَعَ يَدَيْهِ فِي الدُّعَاءِ، لَمْ يَحُطَّهُمَا حَتَّى يَمْسَحَ بِهِمَا وَجْهَهُ قَالَ مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى فِي حَدِيثِهِ: لَمْ يَرُدَّهُمَا حَتَّى يَمْسَحَ بِهِمَا وَجْهَهُ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam apabila mengangkat kedua tangannya dalam sebuah doa maka beliau tidak menurunkan keduanya hingga mengusap mukanya dengan keduanya. Muhammad bin Al Mutsanna berkata dalam hadits tersebut; tidak mengembalikan keduanya hingga mengusap wajahnya dengan keduanya.” [ HR. At-Tirmidzi : 3386 ].
Jalur periwayatan hadits di atas lemah. Karena Hammad bin Isa Al-Juhani seorang yang dhoif (lemah) dan dia telah tafarrud (bersendiri) dalam meriwayatkannya. Hal ini telah diisyaratkan oleh At-Tirmidzi –rohimahullah- beliau berkata :
هَذَا حَدِيثٌ غَرِيبٌ، لَا نَعْرِفُهُ إِلَّا مِنْ حَدِيثِ حَمَّادِ بْنِ عِيسَى، وَقَدْ تَفَرَّدَ بِهِ وَهُوَ قَلِيلُ الحَدِيثِ
“Ini hadits yang gharib. Kami tidak mengetahuinya kecuali dari jalan hadits Hammad bin Isa. Dan sungguh dia telah bersendiri dengan hadits ini dalam kondisi dia sedikit haditsnya.” [ Sunan At-Tirmidzi : 5/463 cetakan Basyar ].
Hal senada telah diisyarkatkan pula oleh Al-Imam An-Nawawi –rohimahullah- beliau berkata:
رواه الترمذي وقال حديث غريب انفرد به حماد ابن عِيسَى وَحَمَّادُ هَذَا ضَعِيفٌ
“Hadits tersebut diriwayatkan oleh At-Tirmidi dan beliau berkata : hadits gharib, Hammad bin Isa telah bersendiri dengannya. Dan Hammad ini adalah seorang rawi yang lemah.” [ Majmu’ Syarhul Muhadzdzab : 3/501 ].
Jalur-jalur hadits di atas, jika dilihat dari sisi tiap jalurnya secara bersendiri adalah dhoif (lemah). Akan tetapi dari jalur-jalur yang lemah tersebut, jika dikumpulkan akan menjadi hasan li ghairihi. Karena setiap yang lemah akan saling menguatkan. Oleh karena itu, hadits ini telah dihasankan oleh Al-Hafidz Ibnu Hajar –rohimahullah-. Beliau –rohimahullah- berkata :
وَلَهُ شَوَاهِدُ مِنْهَا:حَدِيثُ ابْنِ عَبَّاسٍ: عَنْد أَبِي دَاوُدَ. وَمَجْمُوعُهَا يَقْتَضِي أَنَّهُ حَدِيثٌ حَسَنٌ.
“Ia (hadits Umar bin Al-Khathab) memiliki bebeapa syawahid (penguat) diantaranya : hadits Ibnu Abbas dikeluarkan oleh Abu Dawud. Kesemuanya menunjukkan, sesungguhnya ia merupakan hadits yang hasan (baik).” [ Bulughul Maram : 464 ].
Tahsin (penetapan hukum hasan) Al-Hafidz Ibnu Hajar –rohimahullah- terhadap hadits ini, sudah tepat. Karena hadits di atas, kelemahan seluruh jalan-jalannya tergolong dhoif munjabir (kelemahan ringan yang bisa saling menguatkan). Bukan kelemahan yang parah semisal munkar, atau bahkan palsu.
Al-Allamah Asy-Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Alu Bassam –rohimahullah- beliau berkata :
وله شواهد مجموعها يعضد بعضها بعضاً، وبهذا يقوى الحديث بمجموع طرقه، واختار قوته جمع من العلماء، منهم: إسحاق، والنووي في أحد قوليه، وابن حجر، والمناوي، والصنعاني، والشوكاني، وغيرهم
“Hadits ini, memiliki berbagai penguat yang kesemuannya, saling menguatkan. Dengan hal ini, maka hadits ini dikuatkan dengan seluruh jalan-jalannya. Penguatan terhadap hadits ini telah dipilih oleh sekelompok para ulama’, diantara mereka : Ishaq bin Rahawaih, An-Nawawi –dalam salah satu pendapatnya-, Ibnu Hajar, Al-Munawi, Ash-Shon’ani, Asy-Syaukani, dan selain mereka.” [Taudhihul Ahkam : 7/557 ].
Al-Imam An-Nawawi –rohimahullah- berkata :
بابُ رَفعِ اليدين في الدعاءِ ثم مَسْحِ الوَجْهِ بهما
“Bab mengangkat tangan dalam berdo’a kemudian mengusap wajah dengan keduanya.”[ Al-Adzkar : 398 ].
Al-Imam Al-Munawi –rohimahullah- berkata:
وفيه رد على ابن عبد السلام في قوله لا يمسح وجهه إلا جاهل ومن ثم قيل هي هفوة من عظيم وقد رمز المؤلف لحسنه
“Di dalamnya (hadits Umar bin Al-Khathab) terdapat bantahan kepada Ibnu Abdis Salam dalam ucapannya : “Tidaklah mengusap wajahnya kecuali orang bodoh”. Dari sini dinyatakan : INI KESALAHAN FATAL. Pengarang (Al-Jami’ Ash-Shoghir) telah memberikan rumus terhadap hadits ini untuk kehasanannya (derajatnya hasan).” [ Faidhul Qodir : 1/369 ]. []
Facebook: Abdullah Al Jirani 
https://www.islampos.com/hukum-mengusap-wajah-setelah-berdoa-141092/?

[Cek Fakta] Fenomena Equinox Disebut Memicu Sunstroke dan Dehidrasi, Ini Faktanya

[Cek Fakta] Fenomena Equinox
[Cek Fakta] Fenomena Equinox
Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah wilayah Indonesia mengalami fenomena equinox. Beberapa wilayah dilaporkan mengalami kenaikkan suhu udara.

Kabar ini ternyata menjadi perhatian warganet di media sosial. Kabar tersebut kemudian dikaitkan dengan serangan sunstroke dan dehidrasi yang bisa mengancam warga.

Misalnya seperti yang diunggah oleh akun Ceramah Syeikh Ali Jaber pada 24 Maret 2019. Ia meminta kepada warga untuk mengurangi aktivitas di luar rumah selama fenomena equinox berlangsung. Sebab dikhawatirkan bakal menyebabkan sunstroke dan dehidrasi.

"Assalamualaikum. Info BMKG neh. Dear Bapak/Ibu jangan lupa untuk minum lebih banyak air, makan lebih banyak buah, dan mengurangi aktifitas diluar rumah yahh dari tanggal 22 s/d 28 Maret.Tau nggak knp? karena adanya yg dinamakan EQUINOX.EQUINOX disebabkan Matahari mencapai titik terdekat dengan bumi serta suhu udara akan naik beberapa derajat..Jangan sampai dehidrasi atau sun stroke yah sahabat...

Membagikan pengetahuan ini ke 3 grup facebookmu , insyallah bermanfaat dan akan menjadi pahala bagimu," tulis Ceramah Syeikh Ali Jaber.

Konten ini telah 471 kali dibagikan dan mendapat 44 komentar warganet.

Fakta

Dari hasil penelusuran, fenomena Equinox ternyata tidak menyebabkan sunstroke dan dehidrasi. Selain itu tak ada kenaikkan suhu ekstrem akibat fenomena ini.

Hal ini sebagaimana artikel yang dimuat Liputan6.com dengan judul 'BMKG Imbau Masyarakat Tenang Hadapi Fenomena Equinox' pada 25 Maret 2019.

Liputan6.com, Bandung - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengimbau masyarakat tenang dalam menghadapi fenomena Equinox. Imbauan itu diterbitkan oleh BMKG akibat beredarnya informasi yang menyebutkan Equinox menjadi penyebab meningkatnya suhu ekstrem serta berakibat sun stroke dan dehidrasi.

Menurut Deputi Bidang Meteorologi BMKG Mulyono Rahadi Prabowo, Equinox dapat dijelaskan sebagai salah satu fenomena astronomi di mana matahari melintasi garis khatulistiwa dan secara periodik berlangsung dua kali dalam setahun, yaitu pada tanggal 21 Maret dan 23 September.
"Saat fenomena ini berlangsung, matahari dengan bumi memiliki jarak paling dekat konsekuensinya wilayah tropis sekitar ekuator akan mendapatkan penyinaran matahari maksimum. Namun, fenomena ini tidak selalu mengakibatkan peningkatan suhu udara secara drastis maupun ekstrem," kata Mulyono, Senin (25/3/2019).

Mulyono menjelaskan, diketahui rata-rata suhu maksimum di wilayah Indonesia saat fenomena Equinox berlangsung, berada dalam kisaran 32-36 derajat Celcius. Namun tutur Mulyono, suhu maksimum tertinggi pada hari kemarin 23 Maret 2019 berdasakan pengamatan BMKG, terjadi di Meulaboh, Aceh mencapai 37,6 derajat Celcius.

Mulyono menegaskan Equinox bukan merupakan fenomena seperti gelombang panas atau heat wave yang terjadi di Eropa, Afrika dan Amerika. Gelombang panas yang terjadi di tiga benua itu merupakan kejadian peningkatan suhu udara ekstrem di luar kebiasaan dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama.

"Secara umum kondisi cuaca di wilayah Indonesia cenderung masih lembab atau basah. Beberapa wilayah Indonesia saat ini sedang memasuki masa atau periode transisi (pancaroba)," ujar Mulyono.

Maka ada baiknya saran Mulyono, masyarakat tetap mengantisipasi kondisi cuaca yang cukup panas dengan meningkatkan daya tahan tubuh dan tetap menjaga kesehatan keluarga serta lingkungan.

Selain itu, dijelaskan juga bahwa fenomena Equinox merupakan peristiwa di mana matahari melintasi garis khatulistiwa dan secara periodik. Fenomena ini berlangsung dua kali setahun, yakni 21 Maret dan 23 September.

Fakta ini juga bisa dilihat dalam artikel Liputan6.com dengan judul 'Apa itu Equinox?' yang dipublikasikan pada 21 Maret 2019.

Liputan6.com, Jakarta - Peristiwa Equinox kembali terjadi pada tahun ini. Namun, Equinox yang berlangsung di bulan Maret biasanya dikenal sebagai Vernal Equinox atau Equinox musim.
Maret ini juga terasa unik karena bersamaan dengan Super Moon di wilayah bumi bagian utara. Bagi Bumi belahan utara, peristiwa semacam ini terakhir terjadi pada tahun 2000.

Menurut situs EarthSky.org, peristiwa langka ini baru akan terulang lagi pada 2030. Adapun peristiwa Super Moon ini akan menjadi yang terakhir sepanjang 2019.

Lalu, apa itu Equinox? Nama Equinox sendiri berasal dari bahasa Latin, yakni aequus (sama) dan nox (malam).

Jadi, saat peristiwa Equinox biasanya seluruh belahan Bumi akan merasakan malam dan siang yang sama panjang, yakni 12 jam.

Equinox merupakan fenomena astronomi, yakni saat matahari melintasi garis khatulistiwa dan secara periodik berlangsung dua kali setahun, yakni 21 Maret dan 23 September.

Dikutip dari Express, Kamis (21/3/2019), sementara Vernal Equinox merupakan pergerakan Matahari (dari sudut pandang Bumi) yang berada tepat di atas titik ekuator. Pergerakan itu terjadi dari selatan ke utara.

Dengan demikian, wilayah utara Bumi akan merasakan terbitnya Matahari yang lebih awal, tetapi terbenam lebih belakangan.

Berbanding terbalik, wilayah selatan Bumi, akan mengalami terbitnya Matahari lebih belakangan, tapi terbenam lebih cepat.

Perlu diketahui, peristiwa Equinox pada Maret tahun ini terjadi pada 20 Maret 2019 pukul 21:58 UTC. Jika diubah ke waktu Indonesia, peristiwa itu berarti terjadi pada 21 Maret 2019 pukul 04.58 WIB.

Kesimpulan

Fenomena Equinox yang terjadi beberapa hari ini ternyata merupakan fenomena alam biasa. Peristiwa tersebut tidak membahayakan bagi manusia yang beraktiftas di luar ruangan. Apalagi, bila disebut bakal terkena sunstroke atau dehidrasi.

Narasi yang dibangun dan disebarkan di media sosial tersebut, tidak sesuai dengan fakta sebenarnya.

https://www.liputan6.com/cek-fakta/read/3927171/cek-fakta-fenomena-equinox-disebut-memicu-sunstroke-dan-dehidrasi-ini-faktanya?


Salah Ucap Ketika Berdoa, Bahayakah?

YANG Allah nilai dari ucapan manusia adalah apa yang sengaja dia lakukan. Sementara ucapan atau perbuatan di luar kesengajaan, tidak dinilai. Dan Allah Maha Mengetahui kondisi batin manusia.

Allah berfirman, “Tidak ada dosa bagi kalian untuk sesuatu yang keliru ketika melakukannya, namun yang dinilai adalah apa yang disengaja oleh hati kalian.” (QS. al-Ahzab: 5)

Sebagaimana ini berlaku dalam ucapan sehari-hari, ini juga berlaku dalam doa. Sehingga ucapan doa yang tidak disengaja, atau keseleo lidah sehingga terucap, tidak ada nilainya. Syaikhul Islam membahas orang yang menyusun kata-kata rumit dalam berdoa. Beliau mengatakan,

“Asal doa adalah dari hati, sementara lisan mengikuti hati. Orang yang obsesinya ketika berdoa hanya menyusun kata-kata indah, akan mengurangi ke-khusyuan doanya. Karena itulah, orang yang dalam kondisi terjepit dia bisa berdoa sangat khusyu dengan kalimat yang Allah ilhamkan kepadanya, yang sebelumnya tidak terfikir untuk mengucapkannya. Dan suasana ini dijumpai seorang muslim dalam batinnya.”

Beliau melanjutkan, “Doa bisa dengan bahasa arab dan bisa juga dengan selain bahasa arab. Dan Allah mengetahui maksud orang yang berdoa dan keinginannya, meskipun dia tidak menata kata-kata indah. Karena Dia mengetahui suara yang pelan sekalipun.” (Majmu Fatawa, 22/489).

Dalam Fatawa Syabakah Islamiyah dinyatakan, “Keliru dalam berdoa tidak memberikan pengaruh sama sekali, karena yang dinilai adalah apa yang disengaja dalam hati. Sementara kesalahan karena sabqul kalam (keseleo lidah), diampuni.” Allah berfirman, “Tidak ada dosa bagi kalin untuk kekeliruan yang kalian lakukan.” (QS. al-Ahzab: 5)

Dan Allah Maha Tahu maksud dan niat anda, dan Dia akan memberikan ijabah sesuai keinginan dan maksud yang ada dalam hati anda. (Fatawa Syabakah Islamiyah, no. 337750)

Dan jika doa ini ingin dikoreksi karena anda merasa doa ini di luar kesengajaan -, maka bisa anda baca secara langsung koreksinya, setelah membaca doa yang keliru tersebut. Demikian, Allahu alam. [Ustadz Ammi Nur Baits]

INILAH MOZAIK
Salah Ucap Ketika Berdoa, Bahayakah? – Check Porsi Haji App.







Tiada ulasan: