Sabtu, 16 Mac 2019

Dalam apa yang disifatkan oleh Perdana Menteri New Zealand Jacinda Ardern sebagai serangan pengganas. 9251.



Kisah Para Pahlawan Saat Aksi Teror di Masjid Selandia Baru Terjadi

Kompas.com - 16/03/2019, 11:15 WIB
Daoud Nabi. Salah satu korban tewas penembakan di masjid Selandia Baru Jumat (15/3/2019). Nabi tewas ditembak ketika melemparkan dirinya ke arah teroris demi menyelamatkan jemaah masjid lainnya.
Daoud Nabi. Salah satu korban tewas penembakan di masjid Selandia Baru Jumat (15/3/2019). Nabi tewas ditembak ketika melemparkan dirinya ke arah teroris demi menyelamatkan jemaah masjid lainnya.(Facebook/Omar Nabi)

Kisah Para Pahlawan Saat Aksi Teror di Masjid Selandia Baru Terjadi. Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Para Pahlawan Saat Aksi Teror di Masjid Selandia Baru Terjadi", https://internasional.kompas.com/read/2019/03/16/11155471/kisah-para-pahlawan-saat-aksi-teror-di-masjid-selandia-baru-terjadi#utm_source=insider&utm_medium=web_push&utm_campaign=kisah_para_pahlawan_16319_11.30&webPushId=NjEzMw==

Penulis : Ardi Priyatno Utomo
Editor : Ardi Priyatno Utomo

CHRISTCHURCH, KOMPAS.com — Kejadian penembakan yang dilakukan teroris di dua masjid di ChristchurchSelandia Baru, juga menyisakan kisah kepahlawanan.
Naeem Rashid tewas ketika mencoba mengambil senjata teroris yang diidentifikasi bernama Brenton Tarrant ketika menyerang Masjid Al Noor, Jumat (15/3/2019).
Dilansir Daily Mirror Sabtu (16/3/2019), kematian Rashid dibenarkan oleh saudaranya Khursheed Alam. Dia juga membenarkan keponakannya yang juga putra Rashid, Talha, juga tewas.


Kepada ARY News, Alam mengungkapkan Rashid dan Talha berasal dari Abbottabad, Pakistan. Mereka pindah ke Christchurch karena Rashid bekerja sebagai guru.

Ketika serangan terjadi, Daily Pakistan memberitakan Rashid menerjang Tarrant yang datang dengan pakaian militer dan mengenakan helm.

Namun, dalam upayanya melawan Tarrant, Rashid terluka. Dia segera dilarikan ke rumah sakit. Sayangnya, dia dinyatakan tewas dalam perawatan.

Pada awal Sabtu dikabarkan terdapat empat warga Pakistan tewas dalam penembakan tersebut dengan lima orang lainnya belum diketahui keberadaannya.

Selain Rashid, pahlawan lain yang diidentifikasi adalah Daoud Nabi, kakek sembilan cucu yang juga masuk ke dalam daftar korban tewas.
Naeem Rashid. Korban tewas serangan di Masjid Al Noor Selandia Baru Jumat (15/3/2019). Rashhid tewas kala mencoba merebut senjata yang dipakai teroris Brenton Tarrant untuk menyerang jemaah.
Naeem Rashid. Korban tewas serangan di Masjid Al Noor Selandia Baru Jumat (15/3/2019). Rashhid tewas kala mencoba merebut senjata yang dipakai teroris Brenton Tarrant untuk menyerang jemaah.(via Daily Mirror)

Sang anak, Omar, kepada NBC News, menuturkan, Nabi langsung melemparkan tubuhnya ke arah Tarrant demi melindungi jemaah Masjid Al Noor lain ketika Tarrant menyerang.
Omar, yang tidak ikut shalat Jumat karena tengah bekerja, sempat menghubungi ponsel pria 71 tahun tersebut, tetapi tidak mendapat jawaban.

Dia segera menuju masjid ketika mendengar kabar penembakan itu, dan mendengar kisah kepahlawanan ayahnya untuk menyelamatkan jemaah lain.

Di mata Omar, Nabi adalah sosok yang membantu pengungsi yang ingin memulai hidup baru di Selandia Baru dan adalah presiden asosiasi Afghanistan.

"Dia membantu setiap orang yang menjadi pengungsi. Entah Anda berasal dari Palestina, Irak, Suriah. Dia adalah orang pertama yang mengulurkan tangan," katanya.


Keluarga Nabi pindah ke Selandia Baru dari Afghanistan ketika Uni Soviet menginvasi negara tersebut dari 1979 hingga 1989.

Menggunakan senapan semi-otomatis hingga shotgun, Tarrant yang menyiarkan aksinya di media sosial menyerang dan membunuh 49 orang.

Dia pertama menyerang Masjid Al Noor dan menewaskan 41 jemaah di sana sebelum bergerak menuju Masjid Linwood dan melakukan penembakan.

Polisi bergerak cepat dengan menangkap empat orang, tiga pria dan satu perempuan, di dalam mobil beberapa jam setelah penembakan terjadi.

Petugas mengungkapkan mereka menemukan dua bom rakitan di mobil para terduga teroris yang dapat dinetralkan oleh militer.


Ikuti perkembangan berita ini dalam topik:



https://internasional.kompas.com/read/2019/03/16/11155471/kisah-para-pahlawan-saat-aksi-teror-di-masjid-selandia-baru-terjadi

KAMMI Turki: Dunia Islam Harus Bersatu Tangkal Terorisme dan Islamophobia. 
by Saad Saefullah
Kutuk Habis Serangan Teroris di Selandia Baru, Ini Reaksi Negara-negara Muslim
AKSI terorisme yang terjadi di dua Masjid di Christchurch, Selandia Baru, Jumat (15/3/2019) telah menewaskan sebanyak 49 orang, dan 48 lainnya luka-luka. Pelaku sengaja menyiarkan aksi biadabnya tersebut ke sosial media Facebook.
Dari rekaman tersebut, pelaku menembaki pria, wanita, dan anak-anak dari jarak dekat di dalam Masjid Al Noor.
Menyikapi kejadian itu, Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Turki menyatakan keprihatinan atas aksi biadab tersebut. Ketua Umum KAMMI Turki, Amar Ma’ruf mengutuk keras aksi terorisme yang dilakukan dengan sangat keji dan mencederai perdamaian dunia.
“KAMMI Turki mengutuk keras aksi terorisme tersebut. Aksi yang dilakukan dengan sangat biadab itu sungguh menyakiti hati umat Islam di seluruh dunia. Tindakan itu mencederai rasa kemanusiaan dan perdamaian dunia. Kita sangat berduka atas kejadian ini. Mari kita berdoa untuk para korban, semoga syahid,” ujar Amar kepada Islampos lewat siaran persnya.
“KAMMI Turki mendukung Pemerintah Selandia Baru secara efektif menangani kasus tersebut. KAMMI juga berharap agar dunia Islam harus bersatu tangkal aksi terorisme dan Islamphobia,” tegas Amar.
Lebih lanjut, Amar menyatakan, “Sebagai negara dengan jumlah umat Muslim terbesar di dunia, pemerintah Indonesia harus memperkuat perannya dalam penguatan persatuan dunia Islam, agar kita semakin kuat dalam memerangi terorisme dan virus Islamophobia.” []
https://www.islampos.com/kammi-turki-dunia-islam-harus-bersatu-tangkal-terorisme-dan-islamophobia-139345


PM Selandia Baru Segera Berlakukan Undang-undang Larang Kepemilikan Senaja S em-Otomatis
by Saad Saefullah 
Soal Penembakan Brutal ke Masjid, Perdana Menteri Jacinda Ardern: ‘Ini Salah Satu Hari Paling Gelap di Selandia Baru’
Foto: Radio NZ
PERDANA Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern didesak untuk segera memberlakukan undang-undang senjata api yang lebih ketat setelah terjadinya serangan teror Christchurch pada hari Jumat kemarin (15/03/2019).

Ardern mengatakan pada hari Sabtu ini bahwa ia berencana mereformasi undang-undang senjata dan pemerintahnya telah mengumumkan akan melarang senapan semi-otomatis.


Dia mengatakan reformasi yang diusulkan, yang akan menjadi fokus pertemuan kabinet pada hari Senin, juga akan fokus pada kemudahan jika senjata dapat dimodifikasi menjadi senapan gaya militer, yang akan lebih dikontrol secara ketat.

Brenton Tarrant, teroris pelaku penembakan brutal ke masjid di Christchurch diyakini memodifikasi senjata yang ia pakai ketika membantai korban di masjid-masjid Al Noor dan Linwood. Tarrant menewaskan 49 orang dan melukai 48 lainnya, termasuk dua anak di bawah usia lima tahun.

Komisioner kepolisian Selandia Baru, Mike Bush mengatakan kepada wartawan bahwa senjata yang digunakan dalam pembunuhan itu dapat dibeli secara legal di bawah lisensi “kategori-A”, yang merupakan lisensi senjata level pemula di Selandia Baru dan tidak memerlukan pemegang lisensi untuk mendaftarkan senjata mereka. senjata.


Namun, senjata itu tidak sah karena ditemukan oleh polisi setelah serangan. Brenton Tarrant sendiri disebutkan sudah telah memegang lisensi senjata api kategori-A sejak Desember 2017. Dia dituduh memiliki lima senjata, termasuk dua senapan semi-otomatis dan dua senapan biasa lainnya.

KAMU MUNGKIN SUKA













Di Selandia Baru, lebih dari 2.000 senjata api, termasuk beberapa jenis senapan semi-otomatis, dapat dibeli secara legal di bawah lisensi kategori-A. []
SUMBER: THE GUARDIAN

[UPDATE] 'Alhamdulillah...suami selamat jalani pembedahan'
Fairul Asmaini Mohd Pilus dan Amir Abd Hamid dan Ekhwan Haque Fazlul Haque
am@hmetro.com.my

“SUAMI sudah selamat menjalani pembedahan kedua sebentar tadi. Dia masuk ke bilik pembedahan di Hospital Christchurch jam 8 pagi tadi (waktu tempatan) dan selesai dibedah jam 2 petang.
“Stabil tetapi masih belum sedarkan diri. Saya baru dapat bertemunya di hospital jam 9 malam semalam selepas pembedahan pertama selesai. Saya berdoa semoga semuanya berjalan lancar dan turut berharap rakyat Malaysia mendoakan kami,” kata Norazila Wahid, 39.
Dia berkata demikian ketika dihubungi Harian Metro hari ini mengulas perkembangan terkini keadaan suaminya Rahimi Ahmad, 39, yang juga seorang daripada puluhan mangsa ditembak dalam tragedi sebelum solat Jumaat di Masjid Al Noor di bandar Christchurch, New Zealand, semalam.
Norazila berkata, doktor menjelaskan suaminya perlu menjalani beberapa pembedahan lagi untuk mengeluarkan serpihan peluru yang menembusi tulang belakang epidural.
“Pembedahan major yang dilakukan terhadap suami menyebabkan dia perlu dibius sepenuhnya untuk ditidurkan. Saya diberitahu sebutir peluru sudah berjaya dikeluarkan dalam pembedahan semalam.
“Keluarga kami juga akan ke sini (Hospital Christchurch) dan dijadual menaiki penerbangan dari Pulau Pinang jam 3.30 petang waktu Malaysia. Doakan kami,” katanya.
Kementerian Luar semalam mengesahkan bahawa dua rakyat Malaysia cedera dalam serangan tembakan pengganas itu.
Bagaimanapun, dilaporkan bahawa ada rakyat Malaysia ketiga yang cedera dalam insiden yang dilabel oleh Perdana Menteri New Zealand Jacinda Ardern sebagai keganasan.
Jacinda yang turut menziarahi Rahimi di hospital turut menyatakan permohonan maafnya kepada Norazila berikutan kejadian.
Lelaki warga Australia, Brent Tarrant, 28, sudah didakwa di mahkamah tempatan hari ini berhubung kejadian itu dan masih ditahan sehingga perbicaraan semula dijadualkan 5 April ini.
Dalam kejadian 1.40 tengah hari semalam, 49 maut manakala 48 lagi cedera sehingga malam tadi dalam serangan membabitkan Masjid Al Noor dan Masjid Linwood.
Berita berkaitan

Artikel ini disiarkan pada : Sabtu, 16 Mac 2019 @ 5:23 PM


Berita Berkaitan

Teroris Penembak Masjid Selandia Baru Dihadapkan ke Pengadilan

Kompas.com - 16/03/2019, 07:07 WIB
Warga kota Christchurch, Selandia Baru menunjukkan rasa bela sungkawa dengan meletakkan karangan bunga untuk mengenang korban penembakan masjid di kota itu, Sabtu (16/3/2019).
Warga kota Christchurch, Selandia Baru menunjukkan rasa bela sungkawa dengan meletakkan karangan bunga untuk mengenang korban penembakan masjid di kota itu, Sabtu (16/3/2019). (AFP/TESSA BURROWS)

WELLINGTON, KOMPAS.com — Teroris penembak dua masjid di Christchurch,Selandia Baru, yang menewaskan 49 orang dihadirkan di pengadilan, Sabtu (16/3/2019).

Brenton Taggart, pria kelahiran Australia berusia 28 tahun, muncul di ruang sidang mengenakan seragam penjara berwarna putih dengan tangan diborgol.

Dia duduk diam saat hakim membacakan dakwaan pembunuhan terhadapnya. 
Kemungkinan besar sederet dakwaan lain akan menyusul.


Mantan pelatih kebugaran berideologi fasis itu menatap ke arah para jurnalis yang hadir di ruang sidang dalam proses yang tertutup untuk umum demi alasan keamanan itu.

Setelah mendengarkan dakwaan dari hakim, Brenton tidak mengajukan pembebasan bersyarat hingga sidang berikutnya yang dijadwalkan pada 5 April.

Sementara itu, di luar gedung pengadilan dijaga pasukan polisi bersenjata lengkap. Putra pria keturunan Afghanistan yang menjadi korban Daoud Nabi (71) menuntut keadilan.
"Ini sudah keterlaluan, ini sudah di luar akal sehat," kata dia.

Sementara itu, 42 orang masih dirawat di rumah sakit akibat luka-luka mereka, termasuk seorang bocah berusia empat tahun.

Sebelumnya, PM Selandia Baru Jacinda Ardern mengatakan, seluruh korban tewas berasal dari negara-negara Islam, seperti Turki, Bangladesh, Indonesia, dan Malaysia.

Stasiun televisi Al Arabiya mengabarkan satu warga Arab Saudi tewas dan lainnya terluka.

Dua warga Jordania juga ada di antara korban tewas. Sementara pemerintah Pakistan mengatakan, lima warga negeri itu belum diketahui nasibnya.

PM Ardern langsung menyebut aksi penembakan massal ini sebagai seranganteroris dan sang pelaku membeli secara legal senjata yang dia gunakan dalam pembantaian itu.

"Pelaku adalah pemilik izin kepemilikan senjata yang sah sejak November 2017. Dan sebulan sesudahnya dia membeli berbagai senjata," ujar Ardern.

"Penyelidikan masih berlangsung terkait masalah ini, satu hal yang bisa saya katakan saat ini, undang-undang senjata api negeri ini akan berubah," kata Ardern.

Dua bahan peledak rakitan juga ditemukan di dalam sebuah mobil dan sudah dijinakkan militer.

Sebuah properti di kota Dunedin, 350 kilometer dari Christchurch, digeledah polisi. Ardern mengatakan, di properti itulah Brenton tinggal selama ini.


Sementara itu, dua orang lain ynng ikut ditangkap bersama pelaku penembakan masih ditahan meski keterkaitan dengan tragedi tersebut belum diketahui.

Orang ketiga yang sempat ditahan adalah anggota masyarakat yang kebetulan membawa senjata api dan datang untuk menolong.

Ikuti perkembangan berita ini dalam topik:

SumberAFP


Tragedi solat Jumaat Christchurch: Suspek utama didakwa membunuh
Astro AwaniAgensi | Diterbitkan pada Mac 16, 2019 08:59 MYT
Tragedi solat Jumaat Christchurch: Suspek utama didakwa membunuh
Brenton Tarrant didakwa di Mahkamah Daerah Christchurch, 16 Mac, 2019, susulan kejadian serangan solat Jumaat di dua masjid di Christchurch pada Jumaat. REUTERS
CHRISTCHURCH: Brenton Tarrant, 28 tahun, didakwa di mahkamah pada Sabtu, susulan kejadian serangan di dua masjid di Christchurch ketika waktu solat Jumaat semalam.

Tarrant, yang menurut media tempatan boleh dinamakan tetapi tidak boleh ditunjukkan mukanya, telah ditahan reman tanpa membuat sebarang pengakuan, sehingga 5 April.

Dalam kemunculan singkatnya di mahkamah, suspek hadir memakai 'boilersuit' berwarna putih, diiringi dua pegawai polis dan dalam keadaan bergari.

Dia dilihat hanya mendiamkan diri dan berulang kali memandang sekeliling kamar mahkamah, di mana wakil media turut hadir.

Suspek didakwa atas satu pertuduhan membunuh. Mangsanya tidak boleh dinamakan.

Bagaimanapun, menurut laporan media tempatan, dia dijangka akan berdepan lebih banyak lagi pertuduhan selepas ini.

Kamar mahkamah itu juga ditutup kepada umum.

http://www.astroawani.com/berita-dunia/tragedi-solat-jumaat-christchurch-suspek-utama-didakwa-membunuh-201294
Serangan masjid Christchurch: Tiga rakyat Malaysia cedera, seorang masih hilang
Astro Awani | Diterbitkan pada Mac 16, 2019 07:45 MYT
Serangan masjid Christchurch: Tiga rakyat Malaysia cedera, seorang masih hilang
Menurut Wong, pegawainya sedang dalam perjalanan ke Christchurch untuk memberi bantuan dari segi kaunseling kepada keluarga mangsa yang terlibat.

KUALA LUMPUR: Empat rakyat Malaysia disahkan terlibat dalam serangan pengganas di dua masjid di Christchurch, New Zealand, pada Jumaat, tiga daripadanya cedera dan seorang masih belum dapat dikesan.

Perkara itu disahkan Nur Izzah Wong Mee Choo, Pesuruhjaya Tinggi Malaysia ke New Zealand, ketika dihubungi Astro AWANI pagi ini, yang menyatakan individu yang hilang dikenali sebagai 'Haziq'.

"Setakat ini, kita sahkan, tiga rakyat Malaysia cedera, satu tak dapat dikesan. Saya sedang menghubungi pihak berkuasa tempatan untuk mendapatkan senarai rasmi mangsa yang terlibat.

"Yang tidak dapat dikesan ialah Haziq, anak kepada salah seorang mangsa yang cedera," kata Wong yang berada di Wellington, ibu negara New Zealand.

"Atas persetujuan keluarganya, kita telah daftarkan nama Haziq sebagai 'missing person' (orang hilang), jadi dia masih sedang dikesan," tambahnya.

BACA: Polis New Zealand tubuh laman web bantu cari waris 

Pada Jumaat, Wisma Putra menyatakan dua rakyat Malaysia cedera dalam insiden itu, dengan media tempatan mengenal pasti mereka sebagai Mohd Tarmizi Shuib dan Rahimi Ahmad.

Bagaimanapun, dipercayai, seorang lagi yang telah dikenal pasti turut tercedera ialah Nazril Hisham Omar, sepertimana diakui isterinya yang berada di Malaysia, yang dihubungi media tempatan. 

Menurut Wong, pegawainya sedang dalam perjalanan ke Christchurch untuk memberi bantuan dari segi kaunseling kepada keluarga mangsa yang terlibat.

Bagaimanapun, beliau berkata, difahamkan keadaan di sekitar lokasi kejadian ketika ini kembali tenang dan arahan berkurung kepada rakyat tempatan telah ditamatkan.

"Setakat ini, yang kami faham dari orang tempatan, semalam arahan berkurung telah ditamatkan dan semua dibenarkan pulang ke rumah masing-masing.

"Tetapi, akses ke hospital masih terhad, di mana hanya keluarga mangsa sahaja yang dibenarkan pergi ke hospital," katanya.

Pada tengah hari Jumaat waktu tempatan, insiden tembakan berlaku di dua masjid di Christchurch, menyebabkan sekurang-kurangnya 49 maut dan berpuluh-puluh lagi cedera dalam apa yang disifatkan oleh Perdana Menteri New Zealand Jacinda Ardern sebagai serangan pengganas.





Tiada ulasan: