Selasa, 19 Mac 2019

Kemanusian dan kasih sayang terhadap keImanan diri sendiri. In Syaa Allah. 9266.


Tawakal pada Allah Subhanahu Wa Ta'alla.

Baca juga: 

Sebarkan dengan kasih sayang. 7184.


5 Keistimewaan dari Allah bagi Ahli Shalat Subuh
membaca basmalah dalam shalat
Foto: Aldi/Islampos

SHALAT shubuh menyimpan satu kekuatan yang luar biasa. Shalat shubuh adalah ibadah fardhu paling berat, dikarenakan, bayangkan, ketika tengah terlelap, kita dibangunkan untuk menunaikan panggilan Allah SWT.
Namun shalat shubuh juga menyimpan berbagai keutamaannya. Ada lima keutamaan jika kita menjaga shalat subuh ketika hidup.

1. Jaminan masuk surga

Dari Abu Musa radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ صَلَّى الْبَرْدَيْنِ دَخَلَ الْجَنَّةَ
“Barangsiapa yang mengerjakan shalat bardain (yaitu shalat Shubuh dan Ashar) maka dia akan masuk surga.” (HR. Bukhari, no. 574 dan Muslim, no. 635).

2. Tidak akan masuk neraka

Dari ‘Umaroh bin Ruwaibah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَنْ يَلِجَ النَّارَ أَحَدٌ صَلَّ ى قَبْلَ طُلُوعِ الشَّمْسِ وَقَبْلَ غُرُوبِهَا
“Tidaklah akan masuk neraka orang yang melaksanakan shalat sebelum terbitnya matahari (yaitu shalat Shubuh) dan shalat sebelum tenggelamnya matahari (yaitu shalat Ashar).” (HR. Muslim, no. 634).

3. Pembelaan dari Allah

Dari Jundab bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa yang shalat Shubuh, maka ia berada dalam jaminan Allah. Oleh karena itu, janganlah menyakiti orang yang shalat Shubuh tanpa jalan yang benar. Jika tidak, Allah akan menyiksanya dengan menelungkupkannya di atas wajahnya dalam neraka jahannam.” (HR. Muslim, no. 657).

4. Disaksikan oleh para malaikat

Allah Ta’ala berfirman,
أَقِمِ الصَّلَاةَ لِدُلُوكِ الشَّمْسِ إِلَى غَسَقِ اللَّيْلِ وَقُرْآنَ الْفَجْرِ إِنَّ قُرْآنَ الْفَجْرِ كَانَ مَشْهُودًا
“Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) Shubuh. Sesungguhnya shalat Shubuh itu disaksikan (oleh malaikat).” (QS. Al-Isra’: 78)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَتَجْتَمِعُ مَلَائِكَةُ اللَّيْلِ وَمَلَائِكَةُ النَّهَارِ فِي صَلَاةِ الصُّبْحِ ، يَقُولُ أَبُو هُرَيْرَةَ : اقْرَءُوا إِنْ شِئْتُمْ : (وَقُرْآنَ الْفَجْرِ إِنَّ قُرْآنَ الْفَجْرِ كَانَ مَشْهُودًا
“Malaikat malam dan malaikat siang berkumpul pada shalat Shubuh.” Abu Hurairah berkata, ‘Bacalah ketika itu sesukamu karena Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), ‘Lakukanlah shalat Shubuh karena sesungguhnya shalat Shubuh itu disaksikan (oleh malaikat)’” (HR. Bukhari, no. 4717 dan Muslim, no. 649).

5. Berat bagi orang-orang munafik

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَيْسَ صَلاَةٌ أثْقَلَ عَلَى المُنَافِقِينَ مِنْ صَلاَةِ الفَجْرِ وَالعِشَاءِ ، وَلَوْ يَعْلَمُونَ مَا فِيهِمَا لأَتَوْهُمَا وَلَوْ حَبْواً
“Tidak ada shalat yang lebih berat bagi orang munafik selain dari shalat Shubuh dan shalat Isya. Seandainya mereka tahu keutamaan yang ada pada kedua shalat tersebut, tentu mereka akan mendatanginya walau sambil merangkak.” (HR. Bukhari, no. 657).
Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan bahwa semua shalat itu berat bagi orang munafik sebagaimana disebutkan dalam firman Allah,
وَلَا يَأْتُونَ الصَّلَاةَ إِلَّا وَهُمْ كُسَالَى
“Dan mereka tidak mengerjakan sembahyang, melainkan dengan malas.” (QS. At-Taubah: 54). Akan tetapi, shalat Isya dan shalat Shubuh lebih berat bagi orang munafik karena rasa malas yang menyebabkan enggan melakukannya. Karena shalat Isya adalah waktu di mana orang-orang beristirahat, sedangkan waktu Shubuh adalah waktu nikmatnya tidur. (Fath Al-Bari, 2:141). []
SUMBER: RUMAYSHO
https://www.islampos.com/5-keistimewaan-dari-allah-bagi-ahli-shalat-subuh-113037/

Sudah 31 Tahun Terkubur, Jasad Kiai Ini Masih Utuh
by Rifki M Firdaus
Sudah 31 Tahun Terkubur, Jasad Kiai Ini Masih Utuh
Jasad utuh yang viral di medsos. Foto: Detik

BLITAR—Unggahan seorang santri soal jasad yang kondisinya masih utuh meski sudah terkubur selama 31 tahun, viral di media sosial.

Unggahan tersebut ditulis akun Santri Ndalem dimana ia menyaksikan langsung pemindahan jenazah yang diketahui seorang tokoh agama.

Akun media sosial Aviv Ngalamania lalu mengunggah status tersebut pada Sabtu (16/3) pukul 14.06 WIB. Postingan tersebut sudah disukai 3.400 netizen, dan telah dibagikan sebanyak 90 kali.

BACA JUGA: Membaca Al-Quran adalah Kebutuhan Akal dan Hati

“Subhanalloh nopo leres? Entuk ko sebelah (apa benar? Dapat postingan dari grup medsos sebelah),” tulisa Aviv dalam unggahannya.

Maksud media sosial sebelah yakni akun Santri Ndalem.

Dalam statusnya, Santri Ndalem menuliskan kesaksiannya saat melihat proses pemindahan jasad Kiai Anwar S. Sesepuh. Tokoh ulama NU Tambakan, Kecamatan Gandusari.

“Pemindahan makam Kyai Anwar S. Sesepuh. Tokoh ulama NU Tambakan Gandusari. Dari pemakaman umum dipindah ke pemakaman keluarga. Lokasinya di masjid Tambakan Kecamatan Gandusari Kabupaten Blitar. 

Subhanalloh…Meskipun wafat 1988, dibongkar Kamis (14/3/2019), kondisi jasad 90% masih utuh. Genap 31 tahun dikebumikan. 

Kuasa Illahi didepan mata warga. 

Nyata. Mulai jari kaki sampai kepala masih wujud gandeng , sedikitpun tidak lepas. Kain kafan utuh sedikitpun tidak sobek. Beliau dulu istiqomah sebagai Kyai di ormas NU ini alumnus ponpes Apis Gondang Kecamatan Gandusari. 

Mari istiqomahkan tahlilan, kirim pahala sedekah hidayah Fatihah agat kita senantiasa terbiasa bantu membantu menabung pahala amal ibadah.Semoga jenazah beliau dan juga kita semua ditaqdirkan Husnul Khotimah Aamiin,” tulis Santri Ndalem.

Dalam postingan tersebut, pemilik akun Anang Boneng juga menambahkan sebuah video berdurasi 14 detik. 

Soal kabar tersebut, menurut Pondok Pesantren Apis Gondang Gandusari dan pihak keluarga, membenarkan semua isi postingan di media sosial tersebut. 

“Iya benar saya dapat kabar dari keluarganya tentang pemindahan makam Mbah Kiai Anwar. Walaupun saya tidak menyaksikan langsung dari dekat, tapi saya sangat yakin berita itu benar,” kata Pengasuh Ponpes Apis Gondang, Moch Subhan Anshori, Selasa (19/3/2019).

BACA JUGA: Meninggalkan yang Haram Tidak Membutuhkan Kemampuan, Tapi…

Begitu juga dengan kesaksian putra kelima Kiai Anwar Sudibyo, Moch Munib. Bahkan ia mengaku menyaksikan sendiri jika jasad almarhum sang ayah masih utuh.

“Iya memang benar Kamis itu makam bapak saya dipindah. Dan saya melihat sendiri, jasadnya masih utuh. Utuh,” kata Munib. []

SUMBER: DETIK
Sudah 31 Tahun Terkubur, Jasad Kiai Ini Masih Utuh - Islampos

Karena Keyakinan
by Rifki M Firdaus
Dunia Ibarat Terminal
Foto: M Ardiansyah/IslamposOleh: Ki Dedeng Juheri
Penulis 

KALAU digigit nyamuk dan nyamuk itu kita pukul hingga mati, pernahkah menemukan jarum di tubuhnya?

Tidak.  Lantas dengan apa nyamuk mengambil darah kita? Tentu saja dengan paruh panjang serupa jarum, kecil, lembek, rapuh, dan mudah patah. Tapi kok bisa menembus kulit kita, bahkan kulit telapak kaki yang tebal?

BACA JUGA: Yakin, Masih Mau Mengeluh?

Itulah keahlian, ilmu.

Dengan ilmu, sesuatu yang tampak sulit menjadi mudah, sesuatu yang tampak tidak mungkin menjadi mungkin, dan sesuatu yang tampak biasa menjadi luar biasa. Seperti nyamuk tadi, jarum lentur pun menjadi hebat.

Itulah karunia Allah pada makhluk kecil ini. Kita yg tak punya ilmunya, teramat sulit menggunakan paruh nyamuk untuk menusuk kulit.

Ilmu yang berpadu dengan keyakinan, lebih mantap lagi. 

Adalah kisah Amrin bin Madi Kariba, menjadi inspirasi bagi kita. Ia memiliki sebilah pedang bernama Shamshamah yang mashur kelebihannya.

Pedang shahabat yang alim ini, tak diragukan kehebatannya. Suatu hari sampailah berita kemasyhuran Shamshamah ke telinga Sayidina Umar Ibn Khathab. Diliputi rasa penasaran, Umar mengirim utusan untuk minta izin dan membawa pedang tersebut ke hadapannya.

Shahabat Amrin tidak keberatan, dan langsung memberikan pedang kesayanganya untuk diserahkan pada khalifah Umar. Dengan gembira Umar menerima dan meneliti sosok pedang bernama Shamshamah tersebut, namun tak lama dahinya berkerut heran. Tak ada yang istimewa, tak ada kelebihan apa-apa.  Bila dibandingkan dengan pedang yang lainnya, sungguh ini hanyalah pedang biasa.

Umar lantas mengirim surat pada Amrin, “Pedang saudara hanyalah cerita belaka, tak ada hebatnya sebagaimana berita yang tersebar selama ini.” Amrin membalas surat khalifah, “Mohon maaf, sebab yang saya kirimkan hanya pedangnya saja, tidak dengan tangan yang biasa menggunakannya.” Masyaallah.

Yang hebat itu keyakinannya, orangnya dan ilmu karunia-Nya. 

“Shiddiqnya pedang itu tergantung kepada shiddiqnya si empunya pedang,” nasihat Reviver Jihad Syaikh Abdullah Azzam dalam buku Penawar Lelah Pengemban Dakwah.

Seseorang yang yakin pada Allah, maka Allah akan menjadikan perkakasnya manut/menurut/mengikut kepadanya/kepada yang empunya. Tentu saja bukan hanya pedang, tapi tombak, panah, senapan, hewan tunggangan, kendaraan dan sebagainya.

Khalid bin Walid sangat takut pada Allah, maka Asyqar kuda tunggangannya pun menurut dan sehati dengan tuanya. Ali bin Abi Thalib sangat takut pada Allah, maka Zulfikar pun menjadi pedang yang sangat ampuh. Saad bin Abi Waqqash sangat takut pada Allah, maka manjanik busurnya menjadi panah yang bidikannya sangat akurat.

BACA JUGA: Berkeyakinan Sial, Termasuk Syirik?

Syaikh Abdullah Azzam yang hidupnya tersembah dalam jihad di Palestina dan Afghanistan pernah menceritakan seorang musuh terkena peluru mujahid. Musuh itu tertembak dari jarak jauh dan dengan senapan biasa, tapi para dokter ahli angkat tangan untuk menanganinya.

Mereka berkata, ”Ini bukan peluru biasa.” Jadi ini karena apa? Tidak lain karena keyakinan yang mantap, pejal, dan kokoh pada Allah Swt.

Alat yang kita gunakan mungkin lebih hebat dari yang digunakan oleh Amrin, Khalid, Ali, dan Saad, tapi kualitas pribadi kita biasa saja sehingga alat hebat itu menjadi biasa saja. Mungkin laptop yang kita gunakan lebih canggih dari para penulis brilian, tapi hanya menjadi barang biasa yang tidak banyak menghasilkan karya.

Ini pelajaran bagi kita, bahwa fasilitas bukan segala-galanya. Yang segala-galanya itu Allah, alat hanyalah penunjangnya. Ilmu dan keyakinan menjadi pemantiknya. Wallahu’alam. []

https://www.islampos.com/karena-keyakinan-139773/





Ini Hukum Qunut Menurut 4 Imam Madzhab
Ini Hukum Doa Qunut menurut Empat Imam Madzhab
Foto: Aldi/Islampos

SHALAT Shubuh Anda membaca qunut di rakaat terakhir? Ataukah tidak? Mana yang benar?

Pendapat imam madzhab dalam masalah qunut adalah sebagai berikut.

Pertama: Ulama Malikiyyah

Mereka berpendapat bahwa tidak ada qunut kecuali pada shalat shubuh saja. Tidak ada qunut pada shalat witir dan shalat-shalat lainnya.

Kedua: Ulama Syafi’iyyah

Mereka berpendapat bahwa tidak ada qunut dalam shalat witir kecuali ketika separuh akhir dari bulan Ramadhan. Dan tidak ada qunut dalam shalat lima waktu yang lainnya selain pada shalat shubuh dalam setiap keadaan (baik kondisi kaum muslimin tertimpa musibah ataupun tidak, -pen). Qunut juga berlaku pada selain shubuh jika kaum muslimin tertimpa musibah (yaitu qunut nazilah).

BACA JUGA: Pada Peristiwa Ini, Nabi Qunut Nazilah Sebulan Penuh

Ketiga: Ulama Hanafiyyah

Disyariatkan qunut pada shalat witir. Tidak disyariatkan qunut pada shalat lainnya kecuali pada saat nawaazil yaitu kaum muslimin tertimpa musibah, namun qunut nawaazil ini hanya pada shalat shubuh saja dan yang membaca qunut adalah imam, lalu diaminkan oleh jama’ah dan tidak ada qunut jika shalatnya munfarid (sendirian).

Keempat: Ulama Hanabilah (Hambali)

Mereka berpendapat bahwa disyari’atkan qunut dalam witir. Tidak disyariatkan qunut pada shalat lainnya kecuali jika ada musibah yang besar selain musibah penyakit. Pada kondisi ini imam atau yang mewakilinya berqunut pada shalat lima waktu selain shalat Jum’at.

Sedangkan Imam Ahmad sendiri berpendapat, tidak ada dalil yang menunjukkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melakukan qunut witir sebelum atau sesudah ruku’.

Inilah pendapat para imam madzhab. Namun pendapat yang lebih kuat, tidak disyari’atkan qunut pada shalat fardhu kecuali pada saat nawazil (kaum muslimin tertimpa musibah). Adapun qunut witir tidak ada satu hadits shahih pun dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menunjukkan beliau melakukan qunut witir. Akan tetapi dalam kitab Sunan ditunjukkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan Al Hasan bin ‘Ali bacaan yang diucapkan pada qunut witir yaitu “Allahummah diini fiiman hadayt …”. Sebagian ulama menshahihkan hadits ini[1]. Jika seseorang melakukan qunut witir, maka itu baik. Jika meninggalkannya, juga baik. Hanya Allah yang memberi taufik. (Ditulis oleh Syaikh Muhammad Ash Sholih Al ‘Utsaimin, 7/ 3/ 1398)[2]

Adapun mengenai qunut shubuh secara lebih spesifik, Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin menjelaskan dalam fatwa lainnya. Beliau pernah ditanya: “Apakah disyari’atkan do’a qunut witir (Allahummah diini fiiman hadayt …) dibaca pada raka’at terakhir shalat shubuh?”

BACA JUGA: Bahayanya Tergilas Waktu Shubuh

Beliau rahimahullah menjelaskan: “Qunut shubuh dengan do’a selain do’a ini (selain do’a “Allahummah diini fiiman hadayt …”), maka di situ ada perselisihan di antara para ulama.

Pendapat yang lebih tepat adalah tidak ada qunut dalam shalat shubuh kecuali jika di sana terdapat sebab yang berkaitan dengan kaum muslimin secara umum. Sebagaimana apabila kaum muslimin tertimpa musibah -selain musibah wabah penyakit-, maka pada saat ini mereka membaca qunut pada setiap shalat fardhu. Tujuannya agar dengan do’a qunut tersebut, Allah membebaskan musibah yang ada.” []

SUMBER: RUMAYSHO
https://www.islampos.com/ini-hukum-qunut-menurut-4-imam-madzhab-97003/

Islampos
3 Doa Ini Jangan Sampai Dilupakan saat Bersujud
by Rifki M Firdaus
Ini 10 Jenis Sholat yang Tidak Diterima Allah?
Foto: Raw Story

KETIKA kita bersujud, itu adalah dimana ketika hampir tidak ada hijab dengan Sang Maha Pencipta, Allah SWT. Maka tidak heran, kita dianjurkan untuk banyak berdoa setiap kali kita bersujud.

Nah, dari semua itu, ada tiga doa yang janganlah kita lupakan dalam sujud.

1. Mintalah diwafatkan dalam keadaan khusnul khotimah
١. اللهم إني أسألك حسن الخاتمة
Allahumma inni as’aluka husnal khotimah
Artinya : “Ya Allah aku meminta kepada-MU husnul khotimah.”
2. Mintalah agar kita diberikan kesempatan taubat sebelum wafat
٢. اللهم ارزقني توبتا نصوحا قبل الموت
Allahummarzuqni taubatan nasuha qoblal maut
Artinya: “Ya Allah berilah aku rezeki taubat nasuha (atau sebenar-benarnya taubat) sebelum wafat.”
3. Mintalah agar hati kita ditetapkan di atas agamaNya.
٣. اللهم يا مقلب القلوب ثبت قلبي على دينك
Allahumma yaa muqollibal quluub tsabbit qolbi ‘ala diinika
Artinya: “Ya Allah wahai sang pembolak balik hati, tetapkanlah hatiku pada agama-Mu.” []
3 Doa Ini Jangan Sampai Dilupakan saat Bersujud - Islampos

Membaca Al-Quran adalah Kebutuhan Akal dan Hati
by larasetia
Thulaib bin Umair
Ilustrasi: Islampos 

SEORANG muslim membaca Al-Quran untuk dua tujuan, kebutuhan akal dan kebutuhan hati. Apabila membaca untuk kebutuhan akalnya (memahami artinya), tidak jadi masalah jika membaca satu juz atau satu surah saja.

Allah SWT berfirman,

“…Bacalah apa yang mudah bagimu dalam Al-Quran..” (QS Al-Muzzammil: 20)

Allah tidak membatasi bacaan dan yang dibaca. Allah juga tidak mengharuskan seseorang menghafal Al-Quran, kecuali yang dibutuhkan untuk shalatnya. Apabila ada yang menentukan keharusan untuk menghafal, masalahnya hanya tambahan yang tentu saja ada pahalanya. Allah hanya mengharuskan menghafal untuk kepentingan shalat saja.

Ketika seorang hamba membaca Al-Quran diniati untuk kebutuhan jiwanya, akan mendapatkan empat hal.

1Ketenangan dan ketentraman hati

Allah SWT berfirman, “Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram.” (QS Ar-Rad: 28)
BACA JUGA: Kata Siapa membaca Al Quran Bikin Habis Waktu?

2Menanam Iman

Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanya mereka yang apabila disebut Allah gemetarlah hari mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, dan karena tuhanlah bertawakal.” (QS Al-Anfaal: 2)

3Menambah khusyu dan ketakutan kepada Allah SWT

4Menangis

Allah SWT berfirman, “Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyuk.” (QS Al-Isra’: 109)
Banyak orang-orang saleh, terutama Abu Bakar ash-Shiddiq Ra, menangis tersedu-sedu bila membaca Al-Quran. Orang membaca Al-Quran untuk mengisi jiwa adalah lebih dekat kepada Allah SWT dibanding membaca untuk kepentingan akalnya.
Bacaan Al-Quran dari mushaf (Kitab) dan bacaan dari hafalan sama-sama mendapatkan pahala dari Allah SWT. Yang penting apa yang dihafal nya tidak lupa. [
Membaca Al-Quran adalah Kebutuhan Akal dan Hati - Islampos

Meninggalkan yang Haram Tidak Membutuhkan Kemampuan, Tapi…
by Rifki M Firdaus
Lihatlah Dia!
Foto hanya ilustrasi. Sumber: Pinterest
Oleh: Wiwit S.N.
Mahasiswi, tinggal di Malang, Jawa Timur
“Hijrah itu sesederhana meninggalkan yang haram dan mengerjakan yang wajib. jika mengerjakan yang wajib membutuhkan kemampuan, maka meninggalkan yang haram tidak membutuhkan kemampuan. tapi membutuhkan kemauan.”
HIJRAH. Apa makna hijrah itu sebenarnya? Orang orang sekarang mengartikan hijrah sebagai kondisi dimana seseorang itu berubah dari kondisi yang dahulu jauh dari islam menjadi lebih dekat dengan islam. Dan biasanya ditandai dengan perubahan penampilan atau yang disebut hijrah pakaian.
Orang orang yang hijrah pasti akan merubah penampilan yang dahulunya belum mengenakan kerudung sekarang menjadi berkerudung. Yang dahulunya berpakaian ketat sekarang menjadi bergamis.

Tetapi makna hijrah sebenarnya adalah berpindah dari satu tempat dari tempat lain. Pada zaman Rasulullah, hijrah ditandai dengan berpindahnya kaum muslimin dari mekkah menuju madinnah. yang pada akhirnya nanti kaum muslimin bersama dengan Rasulullah mendirikan daulah islamiyah di madinah.
BACA JUGA: TKN Luncurkan Buku Saku ‘Hijrah Menuju Indonesia Maju. Apa Isinya?

Jadi hijrah itu sama sama berpindah. Dan hijrah yang sesungguhnya adalah hijrah secara kaffah. Tidak hanya hijrah pakaian saja, tetapi juga hijrah pemikiran. Karena dengan pemikiranlah islam akan jaya kembali. Kenapa dikatakan “kembali”? Karena pada sejarahnya dahulu islam pernah Berjaya selama berabad-abad. Dengan yang namanya daulah islamiyah yang menguasai hampir 2/3 dunia.
Ketika hari ini kita hanya mencukupkan diri pada hijrah pakaian saja dan memperbaiki dengan majelis majelis ilmu, tidaklah cukup untuk mengalahkan perang pemikiran yang hari ini sedang terjadi. Yang kita butuhkan adalah hijrah secara kaffah. Memasuki islam secara kaffah. Mulai dari diri kita sendiri, dengan Allah dan juga dengan makhluk Allah lainnya.
Yang kita perlukan hari ini adalah hijrah pemikiran, karena tidak dapat dipungkiri pemikiran yang tersebar hari ini ditengah-tengah kaum muslimin adalah pemikiran yang datangnya bukan dari islam, tetapi dari orang-orang kafir. Dan hal tersebut sangat berbahaya. Yang mana tabiatnya orang kafir adalah membenci islam dan menginginkan islam hancur. Dan pemikiran teresebut tidak hanya bisa dikalahkan hanya dengan hijrah yang sebatasa pada itu tadi. Tetapi membutuhkan yang lebih besar lagi.
Sembari (sementara itu) kita memperbaiki diri, sampaikanlah ilmu islam yang telah didapat. Kita ajak teman teman kita , saudara saudara kita yang masih jauh dengan islam untuk lebih dekat lagi dengan ilsam. Karena jika kita tidak hijrah kita akan hilang ditelan bumi.
Contohlah dahulu pada zamannya teknologi belum sepesat saat ini. Dulu kita berkomunikasi hanya menggunakan surat, tetapi sekarang sudah ada smartphone untuk kita berkomunikasi dengan orang yang jauh dari kita. Begitulah surat dan telepon, komunikasi surat dengan sendirinya akan hilang dari peradaban. Sama halnya dengan islam, jika islam ini tidak kita perjuangkan, maka bisa jadi islam akan hilang.
Memperjuangkan islam tentunya tidak asal asalan. Diperlukan ilmu untuk memperjuangkannya. Maka dari itu langkah kita untuk lebih dekat dengan islam adalah salah satu langkah untuk memperjuangkannya dan mendakwahkannya adalah solusi agar kita bisa tetap merasakannya. []
OPINI ini adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim OPINI Anda lewat imel ke: redaksi@islampos.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari OPINI di luar tanggung jawab redaksi Islampos
Meninggalkan yang Haram Tidak Membutuhkan Kemampuan, Tapi… - Islampos

Bayi Pertama yang Lahir ketika Kaum Muslim Hijrah ke Madinah
by yudi
masjid nabi
Ilustrasi: Muryanto/Islampos

RASULULLAH ﷺ dan Abu Bakar hijrah ke Madinah secara sembunyi-sembunyi dari kaum kafir Quraisy. Keduanya berangkat di malam hari dan tidak menggunakan jalur perjalanan ke Madinah yang seperti biasanya, melainkan melalui jalur selatan yang jalannya sangat terjal.
Setelah Rasulullah ﷺ berhijrah bersama Abu Bakar, keduanya mengutus seseorang untuk membawa keluarga mereka berdua ke Madinah.
Asma binti Abu Bakar akhirnya ikut berhijrah ke Madinah sekalipun dalam kondisi mengandung. Yang kelak anaknya diberi nama Abdullah bin Zubair.
Diriwayatkan dari Asma’ binti Abu Bakar, Ia menuturkan, “Aku pergi berhijrah ke Madinah saat mengandung sembilan bulan. Aku singgah di Quba dan melahirkan di sana. Setelah itu, aku membawa bayiku kehadapan Nabi ﷺ lalu aku letakkan di pangkuan beliau ﷺ. Beliau ﷺ kemudian meminta kurma lalu beliau mengunyahnya. Setelah itu, beliau ﷺ meludah ke dalam mulut bayiku, sehingga makanan pertama yang masuk ke dalam perut bayiku adalah air liur Rasulullah. Setelah itu beliau ﷺ men-tahnik-nya dan mendoakan berkah untuknya. Dialah bayi pertama yang dilahirkan dalam Islam ketika sampai di Madinah.”
Bukhari dalam riwayatnya, “Mereka sangat bahagia karena kelahiran bayi ini. Sebab, ada yang mengatakan pada mereka bahwa Yahudi menyihir mereka agar tidak punya anak.”
Kelahiran Abdullah bin Zubair adalah awal yang baik bagi kaum muslimin. Mereka merasa bahagia dan optimis karena kelahirannya. Ia tumbuh besar dengan mencintai ketakwaan. Seperti yang disebut-sebut ibunya, ia rajin shalat malam dan berpuasa. Ia bahkan disebut ‘pemimpin masjid’. []
Sumber: Biografi 35 Shahabiyah Nabi/ penulis: Syaikh Mahmud al-Mishri/ penerbit: Ummul Qura/ Agustus 2016
Bayi Pertama yang Lahir ketika Kaum Muslim Hijrah ke Madinah - Islampos

Meninggal dalam Perjalanan Hijrah, Ini Kisah Dhamrah bin Ishaq
by yudi
Keluarga Bani Mushthaliq
Ilustrasi: Unsplash

DHAMRAH bin Ishaq merupakan seorang yang sudah tua dan sering sakit-sakitan, dan matanya pun buta. Dhamrah merupakan seorang yang senantiasa ingin ikut hijrah bersama Rasulullah ﷺ.
Suatu ketika keinginan Dhamrah untuk menyusul Rasulullah ﷺ ke Madinah sudah tak dapat terbendung lagi. Tetapi keluarganya senantiasa menghalanginya karena mempertimbangkan kondisinya yang sudah tua dan sering sakit-sakitan.
“Wahai Dhamrah, engkau sudah tua dan mudah lemah. Matamu pun buta. Bagaimana jika engkau sakit? Kami khawatir engkau tak akan sanggup meretas perjalanan berat ke Madinah,” Kata mereka.
“Tidak! Aku tidak termasuk orang-orang yang menerima keringanan. Aku punya harta yang cukup untuk membiayai perjalananku,” jawab Dhamrah. Baginya uang bukanlah masalah, sebab ia seorang saudagar kaya.
“Wahai budak-budakku, siapkan tandu dan perbekalan . kita berangkat sekarang.” Dengan ditandu Dhamrah pun akhirnya berangkat.
Apa yang dikhawatirkan keluarganya benar-benar terjadi. Dhamrah tak mampu melewati kerasnya perjalanan. Ia meninggal di Tan’im sebelum sampai di Madinah dan dimakamkan di sana.
Berita meninggalnya Dhamrah sampai kepada Rasulullah ﷺ dan para sahabat.
“Kasian sekali Dhamrah ya Rasulullah ﷺ, bagaimanakah kedudukannya di mata Allah? Apakah ia tergolong kaum Muhajirin, sedangkan hijrahnya belum sempurna?” tanya para sahabat.
Untuk menjawab pertanyaan para sahabat, turunlah wahyu, “Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. An-Nisa: 100)
Para sahabat tersenyum lega. Kesedihan mereka atas kematian Dhamrah berubah menjadi kebahagiaan. Kebahagiaan untuk Dhamrah bin Ishaq yang telah berhasil hijrah menuju kampung akhirat yang mulia. []
Sumber: 77 Cahaya Cinta di Madinah/ Penulis: Ummu Rumaisha/ Penerbit: al-Qudwah Publishing/ Februari, 2015
Meninggal dalam Perjalanan Hijrah, Ini Kisah Dhamrah bin Ishaq - Islampos

Demi Hijrah Bersama Rasulullah, Shuhaib Relakan Semua Hartanya
Ilsutrasi: Unsplash
“Dan diberikannya makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim, dan orang tawanan.” (QS. ad-Dahr: 8).
SAAT mendengar Rasulullah shalallahu alaihi wasallam akan hijrah, lelaki itu tak menyia-nyiakan kesempatan untuk mengikutinya. Rasul ﷺ pun tak menolaknya. Mereka bertiga, Rasulullah ﷺ, Abu Bakar, dan Shuhaib bin Sinan–lelaki itu–bersiap meninggalkan Mekkah yang mereka cintai.
Rencana hijrah ini mengundang orang-orang musyrik Mekkah untuk membinasakan Rasulullah ﷺ dan pengikut setianya. Mereka pun segera menyusun strategi secara cepat demi mewujudkan ambisi yang ditunggu-tunggu selama itu, yakni dengan menggunakan jebakan-jebakan.
Rasulullah ﷺ dan Abu Bakar yang ekstra hati-hati dalam bergerak menuju Madinah berhasil meloloskan diri dari berbagai rintangan. Sedangkan Shuhaib terjebak dalam salah satu perangkap mereka. Dalam posisi terjepit ia pun mengeluarkan jurus selamat. Sambil menepis tuduhan musyrik Quraisy tentang hal-hal yang tidak benar terhadap Rasulullah ﷺ dan pengikutnya, ia mencari-cari jalan keluar. Jiwanya di ujung tanduk.
Begitu dilihatnya orang-orang yang menginterogasinya itu lengah Shuhaib secepat kilat loncat ke punggung untanya. Dengan sekencang-kencangnya ia pecut si unta ke gurun luas menuju Madinah. Tak mau kehilangan “mangsa” kaum kufar itu buru-buru mengejarnya. Bahkan, pemimpin mereka memerintahkan pasukan tangguh pemburu target yang jitu.
Jarak Madinah yang masih jauh menyebabkan daya tahan unta yang dinaiki Shuhaib melemah. Dan pasukan pilihan musyrik yang mengejarnya kian mendekat. Hingga dia dan mereka saling berhadapan. Ia tak habis kecerdasan demi melepaskan diri dari cengkeraman musuh.
Shuhaib yang saudagar dan lihai bersilat lidah itu pun berseru, “Hai orang-orang Quraisy! Kalian semua mengetahui bahwa saya adalah ahli memanah. Demi Allah, kalian takkan berhasil mendekati diriku sebelum saya lepaskan semua anak panah yang berada dalam kantong ini, dan setelah itu aku akan menggunakan pedang untuk menebas kalian sampai senjata di tanganku habis semua!”
Ia menantang maju semua musuhnya. Sambil memperhatikan kekuatan yang sangat tak imbang itu ia sadar kemungkinan untuk menang kecil. Lalu ia menyusun taktik. Maka, ia berseru, “Jika kalian setuju saya akan tunjukkan tempat penyimpanan harta bendaku asalkan kalian membiarkan aku (pergi)!”
Mendengar harta benda yang ditawarkan Shuhaib, lawan-lawannya takluk juga. Shuhaib pun menunjukkan tempat disembunyikannya harta dari hasil perniagaannya selama ini. Setelah itu dia dibiarkan melanjutkan perjalanan. Sampai akhirnya dia dapat menyusul Rasulullah ﷺ dan Abu Bakar di Quba.
Rasulullah ﷺ menyambutnya dengan sukacita saat sedang berkumpul dengan beberapa shahabat, seraya berseru, “Beruntung perdaganganmu, hai Abu Yahya.”
Masih di tempat dan saat itu turun ayat, “Dan di antara manusia ada yang bersedia menebus dirinya demi mengharapkan keridlaan Allah, dan Allah Maha Penyantun terhadap hamba-hamba-Nya.” (QS al-Baqarah: 207). Ayat ini dimaksudkan sebagai kabar gembira atas pengorbanan Shuhaib untuk berhijrah.
Menyaksikan kesungguhan keimanan dan ketakwaan Shuhaib, Rasulullah ﷺ kian menyayanginya. Shuhaib memiliki pribadi yang riang dan jenaka, selain perilakunya yang pemurah dan dermawan. Tunjangan yang ia peroleh dari baitul maal diberikan semua kepada orang-orang miskin papa.
Shuhaib menjaga amanah harta benda umat sehingga diserahkan pada mereka yang berhak menerimanya. Begitu sangat dermawannya hingga Umar bin Khattab suatu hari berseru padanya, “Saya lihat kamu banyak sekali mendermakan makanan hingga melewati batas.”
Dengan enteng seruan itu dijawabnya, “Sebab saya mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, ‘Sebaik-baik kalian ialah yang suka memberi makanan.” Dengan jawaban telak ini Umar jadi memahami karakter Shuhaib yang begitu “ringan” dengan harta bendanya. 
Umar hanya bisa mengingati Shuhaib yang masa kanak-kanak dan remajanya sebagai budak belian yang diperjualbelikan dari satu saudagar ke saudagar lainnya di negeri Romawi. Kemudian, sang majikan terakhir membebaskannya karena melihat kecerdasan, kerajinan, dan kejujuran pada diri Shuhaib.
Hidayah dan kekuatan batinnya untuk istiqamah mengikuti kebenaran menuntun langkah-langkahnya menuju kediaman Arqam di Mekkah, tatkala Rasulullah ﷺ melakukan dakwahnya secara amniyah. Hingga ia masuk barisan shahabat yang berbai’at pada Rasulullah SAW. Lalu membuktikan bai’atnya dalam setiap waktu dan kesempatan.
Inilah kesaksian Shuhaib, “Tiada suatu perjuangan bersenjata yang dilakukan Rasulullah ﷺ kecuali pastilah aku menyertainya. Dan tiada suatu bai’at yang dijalaninya kecuali tentulah aku menghadirinya. Dan tiada suatu pasukan bersenjata yang dikirimnya kecuali aku termasuk sebagai anggota rombongannya. Dan tidak pernah beliau bertempur baik di masa-masa pertama Islam atau di masa-masa akhir, kecuali aku berada di sebelah kanan atau di sebelah kirinya. Dan kalau ada sesuatu yang dikhawatirkan Kaum Muslimin di hadapan mereka pasti aku akan menyerbu paling depan, demikian pula kalau ada yang dicemaskan di belakang mereka, pasti aku akan mundur ke belakang. Serta aku tidak sudi sama sekali membiarkan Rasulullah SAW berada dalam jangkauan musuh sampai ia kembali menemui Allah.”
Maka tak salah ketika Khalifah Umar bin Khattab sedang menghadapi sakaratul maut–akibat tusukan pisau seorang munafik saat memimpin shalat berjamaah–Umar menunjuk Shuhaib sebagai untuk memimpin shalat berjamaah hingga penunjukan khalifah baru. Karena ia telah mengenal secara baik Shuaib sebagai shahabat yang istiqamah, takwa, dan menjaga amanah hartanya dengan sebaik-baiknya. []
Sumber: Majalah Saksi/Jakarta

Tiada ulasan: