Rabu, 22 April 2020

Berdoa kena indah. 10237


Baca:

Jaga-jaga. Di Akhir Zaman akan ada ahli agama yang mendorong kita ke Neraka Jahannam. 10234


Ketika Berdoa Coba Lakukan Empat Anjuran Syekh Abdul Qadir Jaelani Ini
by Rifki M Firdaus
Ketahuilah, Ini 3 Hal yang Dibutuhkan Hati
“Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku maka jawablah bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepadaku. Maka hendaklah mereka itu memenuhi segala perintahKu dan hendaklah mereka beriman kepadaKu agar mereka berada dalam kebenaran.” (QS. Al-Baqarah:186).

“Berdoalah kepada-Ku niscaya akan Aku kabulkan,” (Surat Al-Ghafir ayat 60).

BERDOA adalah cara seorang hamba untuk mendekatkan dirinya kepada Allah Azza Wajalla. Dengan berdoa, seorang hamba menyadari bahwa segala sesuatu hanyalah milik Allah Ta’ala, sehingga hanya kepadaNya kita meminta.

Pada hakikatnya berdoa bisa dilakukan kapanpun dan di manapun. Akan tetapi, alangkah baiknya doa dilakukan pada waktu-waktu yang disunnahkan untuk berdoa.

Salah satunya adalah berdoa setelah mengerjakan shalat lima waktu dan shalat sunnah karena doa termasuk bagian dari ibadah, maka ada beberapa hal yang disunnahkan pada saat berdoa.

Syekh Abdul Qadir Al-Jilani dalam Ghunyatul Thalibin menjelaskan:


أن يمد يديه ويحمد الله تعالى ويصلى على النبي صلى الله عليه وسلم ثم يسأله الله حاجته ولا ينظر إلى السماء في حاله دعائه، وإذا فرغ يديه مسح يديه على وجهه، لما روى عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال: سلوا الله ببطون أكفكم

Artinya, “Dianjurkan pada saat berdoa membentangkan kedua tangan, mengawalinya dengan pujian kepada Allah dan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW, kemudian baru setelah itu mengutarakan permintaan dan permohonan. Jangan menghadap langit pada saat berdoa. Ketika selesai berdoa usaplah kedua tangan ke wajah. Dalam sebuah riwayat disebutkan Rasulullah berkata, ‘Mintalah kepada Allah dengan batin telapak tangan.’”

Dari penjelasan Syekh Abdul Qadir di atas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat berdoa:

Pertama, membentangkan kedua telepak tangan pada saat berdoa, seperti orang yang sedang memohon dan meminta.

Kedua, awali doa dengan pujian terhadap Allah SWT dan bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Pujian itu sebagai ungkapan bahwa manusia sesungguhnya lemah dan tidak memiliki daya dan kuasa di hadapan Allah SWT.

Ketiga, setelah memuji Allah dan bershalawat kepada Nabi Muhammad baru utarakan permintaan dan permohonan kepada Allah SWT, sembari menunduk dan jangan menghadap ke langit.

Keempat, selesai berdoa usaplah wajah dengan dua telapak tangan.

Pada saat membentangkan kedua telapak tangan, hendaklah batin telapak tangan menghadap ke atas, seperti halnya orang meminta.

Dalam hadits disebutkan, “Mintalah dengan batin telapak tangan” (HR Abu Dawud), maksudnya adalah berdoa dengan batin telapak tangan ke atas sebagai simbol yang berharap dan memohon. Tapi kalau menolak simbolnya adalah punggung telapak tangan yang menghadap ke atas.

Al-Munawi dalam Faidhul Qadir mengatakan, kalau doa yang berisi harapan dan permohonan, batin telapak tangan menghadap ke atas. Tapi kalau isi doa mengandung penolakan terhadap bencana dan sesuatu yang buruk lainnya, dianjurkan membalik telapak tangan: punggung tangan menghadap ke atas. Wallahu a’lam. []

SUMBER: NU ONLINE
Sumber:
Ketika Berdoa Coba Lakukan Empat Anjuran Syekh Abdul Qadir Jaelani Ini - Islampos
Islampos

Tata Cara dan Doa Mandi Wajib Sebelum Ibadah Puasa Ramadan
Rabu, 22 April 2020 04:09 WIB
ilustrasi-mandi-besar-atau-junub.jpg
TRIBUNJAKARTA.COM - Sebelum memasuki bulan suci Ramadan ada baiknya kita membersihkan diri dengan melakukan mandi wajib.
Mandi wajib adalah kewajiban bagi setiap muslim laki-laki maupun perempuan yang sedang berhadats besar.
Dalam Islam, umat muslim diharuskan untuk mandi wajib terlebih dahulu atau bersuci setelah berhubungan suami istri maupun setelah haid bagi perempuan agar kembali suci.
Tujuannya tidak lain yakni ketika beribadah seperti melakukan shalat dan puasa, orang tersebut telah bersih dari hadast besar.
Mandi wajib atau juga dikenal dengan mandi junub adalah menyiramkan air ke seluruh tubuh secara merata.
Dalam mandi wajib ini, ada tata cara serta niat tertentu agar proses mandi wajib tersebut dikerjakan dengan benar.
Disebut wajib karena mandi ini diwajibkan bagi kaum muslimin agar kembali suci dari hadats besar, baik setelah haid, nifas, berhubungan atau sebab lainnya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَإِنْ كُنْتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوا
"Dan jika kamu junub, maka mandilah (QS. Al Maidah: 6)
Ketika menjelaskan ayat ini dalam Fiqih Islam Wa Adillatuhu, Syaikh Wahbah Az Zuhaili mengatakan jika ayat ini memerintahkan agar kita menyucikan seluruh tubuh, kecuali bagian yang air tidak bisa sampai kepadanya seperti bagian dalam mata.
Hal ini disebabkan membasuh bagian dalam mata adalah menyakitkan serta membahayakan seperti dikutip TribunnewsBogor.com dari bersamadakwah.net
1. Keluarnya mani
Ini berlaku bagi muslim laki-laki maupun perempuan. Baik pada saat tidur (mimpi) maupun dalam kondisi terjaga, disertai dengan syahwat.
Ada pun jika ia keluar karena sakit atau cuaca dingin, maka tidak wajib mandi. Hal ini pernah terjadi di zaman sahabat.
Seseorang bertanya kepada sejumlah sahabat, ia mengadukan bahwa dirinya kadang keluar air memancar saat buang air kecil. Thawus, Saad bin Jubair dan Ikrimah menanyakan apakah air yang memancar itu adalah air yang menjadi asal kejadian anak.
Begitu dijawab iya, mereka menyuruh laki-laki itu untuk mandi wajib (mandi besar). Namun begitu didengar Ibnu Abbas, ia meralat fatwa mereka karena keluarnya air tersebut tidak disertai syahwat dan tidak membuat lesu.
“Itu hanya karena pengaruh cuaca dingin, Anda cukup berwudhu saja,” demikian fatwa Ibnu Abbas.
2. Berhubungan
Jika suami istri berhubungan, maka keduanya wajib mandi baik “keluar” maupun tidak.
Mandi wajib karena sebab pertama dan kedua ini disebut juga sebagai mandi junub, sebagaimana diterangkan oleh Syaikh Mushtofa Al Bugho dalam Fiqih Manhaji ‘ala Mazhab Syafi’i.
3. Haid
Tentu saja ini khusus untuk perempuan. Jika haid sudah berhenti, maka wajib mandi untuk menyucikan diri dari hadats besar.
4. Nifas
Ini juga khusus untuk perempuan. Jika nifas sudah berhenti, maka wajib mandi untuk menyucikan diri dari hadats besar.
5. Mati selain mati syahid
Seorang muslim yang meninggal, ia wajib dimandikan. Namun jika meninggalnya adalah mati syahid di medan jihad fi sabilillah, maka ia tidak wajib dimandikan
6. Masuk Islam
Ulama Maliki dan Hambali mewajibkan mandi kepada orang kafir yang memeluk Islam. Yakni berdasarkan hadits Abu Hurairah, bahwa Rasulullah memerintahkan Tsumamah yang baru masuk Islam untuk mandi.
Namun ulama Hanafi dan Syafi’i berpendapat hukumnya sunnah, kecuali jika mereka berjunub. Alasannya, Rasulullah tidak menyuruh semua orang yang masuk Islam untuk mandi.
Tata Cara Mandi Wajib
Rukun mandi ada dua yakni niat dan membasuh seluruh anggota tubuh, sebagaimana firman Allah dalam surat Al Maidah ayat 6 di atas. Sehingga, orang yang telah berniat mandi wajib dan kemudian membasuh seluruh tubuhnya dengan air, mandinya sudah sah.
Namun, Rasulullah mencontohkan tata cara mandi wajib yang di dalamnya terdapat banyak sunnah sebagai berikut:
1. Niat
Mulailah dengan niat mandi wajib untuk menghilangkan hadats besar. Niat ini membedakan mandi wajib dengan mandi biasa.
2. Bersihkan telapak tangan
Basuh dan bersihkan kedua telapak tangan. Ulangi tiga kali.
عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اغْتَسَلَ مِنْ الْجَنَابَةِ فَبَدَأَ فَغَسَلَ كَفَّيْهِ ثَلَاثًا
Dari Aisyah bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mandi karena junub, maka beliau memulainya dengan mencuci kedua telapak tangannya tiga kali…” (HR. Muslim)
3. Cuci kemaluan
Cuci dan bersihkan dari mani dan kotoran yang ada padanya serta sekitarnya.
4. Berwudhu
Ambillah wudhu sebagaimana ketika hendak shalat.
5. Basuh rambut, sela pangkal kepala
Masukkan telapak tangan ke air, atau ambillah air dengan kedua telapak tangan (jika memakai shower), lalu gosokkan ke kulit kepala, lantas siramlah kepala tiga kali.
6. Siram & bersihkan anggota tubuh
Pastikan seluruh anggota tubuh tersiram air dan dibersihkan, termasuk lipatan atau bagian-bagian yang tersembunyi seperti ketiak dan sela jari kaki.
- Langkah ke-3 hingga ke-6, dalilnya adalah hadits-hadits berikut:
عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا اغْتَسَلَ مِنْ الْجَنَابَةِ بَدَأَ فَغَسَلَ يَدَيْهِ ثُمَّ يَتَوَضَّأُ كَمَا يَتَوَضَّأُ لِلصَّلَاةِ ثُمَّ يُدْخِلُ أَصَابِعَهُ فِي الْمَاءِ فَيُخَلِّلُ بِهَا أُصُولَ شَعَرِهِ ثُمَّ يَصُبُّ عَلَى رَأْسِهِ ثَلَاثَ غُرَفٍ بِيَدَيْهِ ثُمَّ يُفِيضُ الْمَاءَ عَلَى جِلْدِهِ كُلِّهِ
Dari ‘Aisyah istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, bahwa jika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mandi karena junub, beliau memulainya dengan mencuci kedua telapak tangannya, kemudian berwudlu sebagaimana wudlu untuk shalat, lalu memasukkan jari-jarinya ke dalam air dan menggosokkannya ke kulit kepala. Setelah itu beliau menyiramkan air ke atas kepalanya dengan cidukan kedua telapak tangannya sebanyak tiga kali, kemudian beliau mengalirkan air ke seluruh kulitnya. (HR. Al Bukhari)
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا اغْتَسَلَ مِنْ الْجَنَابَةِ يَبْدَأُ فَيَغْسِلُ يَدَيْهِ ثُمَّ يُفْرِغُ بِيَمِينِهِ عَلَى شِمَالِهِ فَيَغْسِلُ فَرْجَهُ ثُمَّ يَتَوَضَّأُ وُضُوءَهُ لِلصَّلَاةِ ثُمَّ يَأْخُذُ الْمَاءَ فَيُدْخِلُ أَصَابِعَهُ فِي أُصُولِ الشَّعْرِ حَتَّى إِذَا رَأَى أَنْ قَدْ اسْتَبْرَأَ حَفَنَ عَلَى رَأْسِهِ ثَلَاثَ حَفَنَاتٍ ثُمَّ أَفَاضَ عَلَى سَائِرِ جَسَدِهِ ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَيْهِ
Dari Aisyah dia berkata, “Apabila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mandi karena junub, maka beliau memulainya dengan membasuh kedua tangan. Beliau menuangkan air dengan tangan kanan ke atas tangan kiri, kemudian membasuh kemaluan dan berwudhu dengan wudhu untuk shalat. Kemudian beliau menyiram rambut sambil memasukkan jari ke pangkal rambut hingga rata. Setelah selesai, beliau membasuh kepala sebanyak tiga kali, lalu beliau membasuh seluruh tubuh dan akhirnya membasuh kedua kaki.” (HR. Muslim)
Semua ulama sepakat bahwa tempat niat adalah hati. Melafadzkan niat bukanlah suatu syarat. Artinya, tidak harus melafalkan niat.
Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam Fiqih Islam wa Adillatuhu menjelaskan, menurut jumhur ulama selain madzhab Maliki, melafalkan niat hukumnya sunnah dalam rangka membantu hati menghadirkan niat. Sedangkan menurut madzhab Maliki, yang terbaik adalah tidak melafadzkan niat karena tidak ada contohnya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Bagi yang melafadzkan, lafadz niat mandi wajib adalah sebagai berikut:
نَوَيْتُ الْغُسْلَ لِرَفْعِ الْحَدَثِ اْلاَكْبَرِ فَرْضًا ِللهِ تَعَالَى
'NAWAITUL GHUSLALIROF'IL HADATSIL FARDONB LILLAAHI TA'AALAA"
Artinya:
"Aku berniat mandi untuk menghilangkan hadats besar, fardhu karena Allah Taala" (Damanhuri)
Artikel ini telah tayang di tribunnewsbogor.com dengan judul Doa Mandi Wajib Sebelum Menjalankan Puasa Ramadhan, Lengkap Tulisan Arab/Latin Hingga Dalilnya
Sumber:
Tata Cara dan Doa Mandi Wajib Sebelum Ibadah Puasa Ramadan - Tribunnews.com
Tribun Ramadan

Begini Tafsir Habis Gelap Terbitlah Terang, Surat Al-Baqarah 257
   Rabu, 22 April 2020 - 04:44 WIB
Begini Tafsir Habis Gelap Terbitlah Terang, Surat Al-Baqarah 257
Surat RA Kartini yang menyebut-nyebut dari kegelapan menuju cahaya setelah menemukan ayat dalam Al-Quran yang amat menyentuh kalbunya. Ilustrasi: Dok SINDOnews

SURAT-surat Raden Ajeng (RA) Kartini dihimpun dan dibukukan oleh oleh J.H. Abendanon dengan judul Door Duisternis Tot Licht yang bermakna "Dari Kegelapan Menuju Cahaya".

Buku itu diterbitkan pada 1911 dan dicetak sebanyak lima kali. Pada cetakan terakhir terdapat tambahan surat Kartini.

Pada 1922, oleh Empat Saudara, Door Duisternis Tot Licht disajikan dalam bahasa Melayu dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang; Boeah Pikiran. Buku ini diterbitkan oleh Balai Pustaka. Armijn Pane, salah seorang sastrawan pelopor Pujangga Baru, tercatat sebagai salah seorang penerjemah surat-surat Kartini ke dalam Habis Gelap Terbitlah Terang. Ia pun juga disebut-sebut sebagai Empat Saudara.

Surat RA Kartini yang menyebut-nyebut dari kegelapan menuju cahaya setelah menemukan ayat dalam Al-Quran yang amat menyentuh kalbunya. Ayat itu adalah pada Surat Al-Baqarah ayat 257. Allah berfirman:



اللَّهُ وَلِيُّ الَّذِينَ آمَنُوا يُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ

Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman).

Mengomentari hal ini, Ustaz Jam’an Nurkhatib Mansur atau Ustaz Yusuf Mansur pada akun status Instagram miliknya, @yusufmansurnew merasa dirinya juga menyukai hal yang sama. "Sama dengan saya. Pikir saya... Saya sukaaaaa sekali ayat ini. Dari dulu..," ujarnya, Selasa (21/4/2020).

Dalam menafsirkan ayat ini, Tafsir Jalalayn menyebut (Allah pelindung) atau pembela (orang-orang yang beriman yang mengeluarkan mereka dari kegelapan), maksudnya kekafiran (pada cahaya) atau keimanan.

Tafsir M. Quraish Shihab juga tak jauh beda. Menurutnya, Allah mengurus segala urusan orang-orang mukmin, menolong mereka dengan mengeluarkan mereka dari keraguan dan kebimbangan kepada cahaya kebenaran dan ketenangan.

Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir/Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah mengungkap seorang mutadabbit berkata: Suatu ketika aku menghadiri satu majlis bersama seorang ikhwah asal Inggris bernama Khalil. Dalam majelis itu ia bercerita bagaimana ia masuk Islam. Kemudian salah seorang dari hadirin bertanya, bagaimana pengaruh Islam terhadap kehidupannya? maka dia pun menjawab: "aku pernah hidup dalam kegelapan sebagaimana yang Allah katakan dalam firman-Nya : { يُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ }, kemudian ia memberi isyarat dengan tangannya yang menutup kedua matanya.

Tafsir Al-Wajiz/Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah, menjelaskan ayat ini merupakan rangkaian dari ayat sebelumnya. Ayat yang sebelumnya merupakan dasar sedangkan ayat ini adalah manifestasinya.

Allah mengabarkan bahwasanya orang-orang yang beriman kepadaNya mereka membenarkan keimanan mereka dengan menunaikan kewajiban-kewajiban keimanan dan meninggalkan segala perkara yang maniadakanya. Allah adalah wali mereka dan menjadikan mereka sebagai orang-orang yang dicintai dengan kecintaaNya yang istimewa, dan Dia menangani pendidikan mereka. Maka Allah mengeluarkan mereka dari kegelapan kejahilan, kekufuran, kemaksiatan, kelalaian, dan ketaatan, dan penerimaan yang total terhadap RabbNya. Dan Allah menerangi hati mereka dengan apa yang dipancarka-Nya ke dalamnya dari cahaya wahyu dan keimanan, memudahkan mereka kepada kemudahan, dan menjauhkan mereka dari perkara yang sulit.

(mhy)

Hadits of The Day
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

Seorang tidak disebut mukmin saat berzina, seorang tidak disebut mukmin saat mencuri, seorang tidak disebut mukmin saat minum khamer (mabuk), dan pintu taubat akan selalu dibuka setelahnya.” (HR. Sunan Abu Dawud No. 4069) 
Sumber:
Begini Tafsir Habis Gelap Terbitlah Terang, Surat Al-Baqarah...
Kalam

Lupakan elit politik oportunis dan usul tak percaya, dampingi suara hati rakyat

AHMAD LUTFI OTHMAN
Ada rakan lama bertanya pandangan saya mengenai usul undi tidak percaya kepada perdana menteri bagi menguji legitimasi kedudukan Muhyiddin Yassin. Apakah kerajaan pintu belakang yang tertegak atas langkah pengkhianatan ini mampu bertahan sehingga tamat penggal Parlimen ini?

Kebetulan saya terlantar uzur, terbaring lesu. Bacaan saya turut terbatas, apatah lagi komunikasi dengan kawan-kawan di musim PKP ini. Hatta pergerakan dalam rumah juga terhad. Justeru, hubungan dengan sumber maklumat terputus. Saya lebih suka berimiginasi dan membuat unjuran sendiri tentang lanskap politik negara.

Saya masih terasa debaran bermula pada malam 21 Februari lalu. Selalunya, balik pusat dialisis, 12 km dari rumah, saya terus tertidur, tetapi tidak malam Jumaat itu. Saya menunggu sidang media mesyuarat Majlis Presiden Pakatan Harapan (PH) yang menbincangkan polemik peralihan kuasa perdana menteri, daripada Mahathir Mohamad kepada Anwar Ibrahim.

Berdasarkan lenggok badan Mahathir menjelang jam 12 tengah malam itu, saya mengesan seolah-olah ada perdebatan hangat, meskipun resolusinya menyerahkan keputusan kepada budi bicara perdana menteri. Sedari awal saya cukup tidak selesa dengan siri desakan bertali arus penyokong Anwar, termasuk bertaraf wakil rakyat PKR, dan julukan negatif yang dihamburkan kepada Mahathir. Seolah-olah sosok Mahathir ketika itu tidak jauh berbeda dengan situasi Reformasi 1998. Saya merasakan PH harus ada mekanisme tersendiri menyelesaikan konflik yang kusut itu.

Esoknya, Sabtu dan Ahad berlalu penuh damai. Saya menghadiri kenduri kahwin sepupu isteri, di Sg Yu, Tanjong Karang. Berjumpa ramai saudara-mara. Sejuk hati saya menatap sanak keluarga warga emas; teduh dan redup. Belum nampak riak situasi siyasah menjadi kacau. Adik-beradik yang selalunya minat politik pun tidak riuh mulut, bertanya itu dan ini. Cuma ada seorang dua menduga respons saya tentang gossip hubungan Mahathir-Anwar. Mereka pun bimbang kesatuan PH. Namun, tiada kerisauan yang memungkinkan mandat rakyat dimungkiri. Rasanya begitu juga di tempat-tempat lain. Tidak menyedari gerak pembelotan sedang disusun rapi.

Tengah hari Isnin, rutin saya tiga kali seminggu di pusat dialisis, Melawati. Mata terpaku di kaca televisyen dari kerusi rawatan. Pengumuman perdana menteri letak jawatan. Surat telah dihantar kepada Yang di-Pertuan Agong jam 1 tengah hari. Pejabat Perdana Menteri mengesahkannya. Jantung saya berdebar kencang. “Petaka apa pulak ni,” saya bertanya sendirian. “Takdak angin, pokok sudah tumbang.” Pesakit di sebelah nampak seperti tertidur nyenyak. Pandangan saya menjadi agak kabur. Mungkin tekanan darah jatuh mendadak. Lazimnya menghampiri tempoh tamat cuci darah selama empat jam, bacaan berada di bawah 100, dan terasa kuat peningnya. Selang beberapa minit, dua orang sahabat baik menghantar mesej bertanyakan kesahihan. Saya membiarkan. Cuba menenangkan diri sambil mengharapkan tiada perkembangan lebih buruk.

Episod dramatik yang tercetus tengah hari 24 Februari, diawali dengan mesyuarat pimpinan tertinggi Bersatu sehari sebelumnya — sehingga membawa parti bunga raya itu keluar daripada grand coalition PH — mengakibatkan runtuhnya kerajaan pembaharuan, disusuli permainan Langkah Sheraton dan proses menamakan perdana menteri baharu, elok saya rakamkan dalam tulisan berbeda. Saya tidak bercadang memberikan versi tersendiri kisah malang ini tetapi lebih kepada pengkisahan daripada gumpalan perasaan saya. Sekiranya proses kejatuhan regim Najib Razak pada 9 Mei 2018 saya nukilkan dalam buku Revolusi Tanpa Darah, maka tragedi kudeta yang menyedihkan itu wajar juga saya rakamkan. Ia adalah catatan penting sejarah negara, perihal pengkhianatan keji segerombolan politikus belot dibantu oportunis licik, yang meranapkan impian murni rakyat.

Detik-detik yang meresahkan itu, sehingga berakhirnya bulan Februari, mempamerkan wajah-wajah hodoh pemimpin yang tidak segan-silu memperdagangkan undi rakyat demi tembolok masing-masing. Kepentingan dan suara rakyat tidak lagi dirujuk. Sekadar permainan elit politik demi memuaskan nafsu serakah kuasa, sambil tawar-menawar habuan menjadi pesta yang riuh-dalam-senyap.

Bagi pesakit jantung kronik seperti saya, babak-babak menanti geraf sokongan menaik dan menurun cukup menyeksakan. Terasa lebih nyaman menunggu keputusan pilihan raya umum daripada berteka-teki 222 wakil rakyat memilih perdana menteri. Tiada lagi ikatan dengan suara rakyat akar umbi. Tiada lagi makna pengundi beratur bermandi peluh di tengah panas. Penghinaan ketara terhadap proses pemilihan, yang didahului kempen intensif, perdebatan dan tawaran manifesto. Ya, terasa penat-lesu sekali rakyat melalui amalan demokratik itu apabila akhirnya hanya suara segelintir kecil berkepentingan yang mencaturkan segalanya.

Saya sebenarnya mahu mengungkapkan rasa jelik dan marah; sudahlah mandat rakyat boleh dijual beli sehingga pihak yang kalah bertukar menjadi kerajaan, manakala gabungan parti yang menang berpindah ke posisi blok pembangkang, dalam sekelip mata. Sidang Dewan Rakyat yang sepatutnya menjadi medan menguji legitimasi “kerajaan tebuk atap” pada awal Mac lalu telah ditangguhkan melepasi pertengahan Mei ini. Lebih dahsyat, sidang yang akan dibuka oleh baginda Agong itu hanya berjalan selama sehari, tanpa perbahasan titah diraja, tanpa agenda lainnya, sekadar mematuhi kehendak Perlembagaan agar Parlimen tidak terbubar dengan sendiri.

Juga tiada perbahasan tentang cabaran dan implikasi pandemik Covid-19, termasuk pakej rangsangan ekonomi. Justeru, tidak timbul lagi soal legitimasi kedudukan Muhyiddin Yassin sebagai perdana menteri yang dipertikai. Walaupun pelbagai upaya telah dilakukan Muhyiddin bagi mengumpulkan sokongan, termasuk membesarkan saiz Kabinet dan menambah bilangan timbalan menteri, serta mewujudkan duta-duta khas bertaraf menteri, di samping melantik semua ahli parlimen penyokong kerajaan menjadi pengerusi GLC, namun kecurigaannya belum berakhir. Beliau tetap bimbang untuk memeterai sokongan daripada minimum 112 wakil rakyat. Harapnya, masa lebih lama diperlukan untuk membeli sokongan, selain menyelesaikan konflik yang berbangkit dalam kalangan pakatan longgar Perikatan Nasional (PN).

Sesungguhnya secara peribadi, saya terasa penat dan sia-sia untuk membahaskan kemungkinan usul undi tidak percaya kepada perdana menteri. Saya lesu memikirkan bagaimana elit politik oportunis ini galak memperdagangkan undi atau mandat yang diterima daripada rakyat dalam PRU14. Kebanyakan ahli parlimen itu menyedari betapa tingginya harga sebuah kerusi mereka. Maka bergentayanganlah broker-broker politik menawarkan rasuah, demi mengikat sokongan yang diperlukan perdana menteri. Sedangkan rakyat dan seluruh negara kini di ambang zaman pancaroba yang begitu menakutkan.

Saya teringin sekali di hujung nyawa ini, menyaksikan agar gerombolan pengkhianat itu mendapat pembalasan yang setimpal. Saya merupakan pengundi di kawasan Parlimen Ampang, bersebelahan dengan Parlimen Gombak. Kedua-dua kerusi ini diwakili oleh mereka yang menodai mandat rakyat. Azmin Ali menang di Gombak dengan majoriti lebih kurang 49,000 undi, dan majoriti Zuraida Kamaruddin di Ampang hampir 42,000. Kelebihan undi amat besar. Kadang-kadang terlintas, apa yang terdaya pengundi lakukan selepas sokongan mereka dikhianati, selain menunggu PRU15. Apakah wakil-wakil rakyat itu akan bertanding di kawasan sama?

Tiada harapan besar untuk melihat perubahan kerajaan melalui permainan licik elit politik ini. Saya juga tidak mahu lagi dirundung kekecewaan amat sangat. Meskipun kerajaan PH terdedah dengan pelbagai kelemahan, terutama dalam perang persepsi dalam kalangan masyarakat Melayu, namun saya yakin keruntuhannya hanya atas satu faktor: khianat. Proses pembetulan dan pembaharuan mungkin kelihatan perlahan dan tidak mengikut prioriti, tetapi masih dalam landasan yang betul. Kita sedang meniti fasa-fasa awal “mengutip hasil” tetapi sayangnya langkah pengkhianatan telah menghancurkannya. Apa pun rakyat akan membuat penghakiman yang adil nanti. Kita percaya akan kebijaksanaan mereka.


at 4/22/2020 06:30:00 PG
KERENGGA: Lupakan elit politik oportunis dan usul tak percaya, dampingi suara hati rakyat

TAK USAHLAH MENGADA-NGADA JUMPA MENTERI DI WAKTU PKP INI

Shahbudin Husin
Suatu kecenderungan yang tidak kurang bahayanya di waktu ini ialah wujudnya sekumpulan manusia yang dengan sengaja mahu melanggar arahan PKP seolah-olah mereka adalah golongan istimewa.

Lebih malang, mereka ini rata-ratanya terdiri daripada manusia berilmu dan ada pelajaran, tetapi tidak mahu faham dengan peraturan tidak boleh keluar rumah yang ditetapkan kerajaan.

Lantaran itu, di waktu PKP ini golongan tersebut ternampak cuba menonjolkan diri dengan berjumpa menteri-menteri tertentu secara berkumpulan atau lebih daripada seorang dan kemudian memuatkan gambar-gambar pertemuan itu di laman sosial masing-masing.

Baru-baru ini, seorang pensyarah dan pemimpin UMNO serta beberapa rakan yang lain didapati mengadakan pertemuan dengan Menteri di Jabatan Perdana Menteri, Dr. Zulkifli Mohamad Albakri.

Pensyarah yang sama dengan beberapa yang lain juga kemudian mengadakan perjumpaan dan perbincangan dengan Menteri Belia dan Sukan, Reezal Merican Naina Merican.

Terbaru, anak perempuan Presiden UMNO bersama suaminya turut mengadakan perjumpaan dengan Dr. Zulkifli dan seorang timbalan menteri yang pernah menjadi Setiausaha Politiknya bapanya.

Untuk apa mereka berjumpa dengan menteri-menteri di musim PKP ini?

Adakah urusan mereka begitu penting sampai tidak boleh ditunda sehingga selepas berakhirnya PKP nanti?

Apakah mereka ini tidak faham peraturan duduk di rumah yang diarahkan kerajaan, malah setiap hari sama ada melalui Ismail Sabri Yaakob atau Dr. Noor Hisham Abdullah, kedua-duanya tidak pernah lupa mengingatkan agar semua orang patuh dengan PKP yang sedang dikuatkuasakan?

Atau agak-agaknya masa sekolah dulu mungkin mereka ini punya kenakalan tahap gaban dan selalu tidak dengar cakap cikgu?

Perlakuan mereka ini, lebih-lebih lagi kebengkengan anak Zahid Hamidi mencabar sesiapa membuat laporan polis terhadapnya, bukan saja mencemar nama bapanya, malah mengotorkan imej kerajaan yang bersungguh-sungguh mahu memerangi Covid-19.

Bersama kelakuan beberapa pemimpih kerajaan yang tular di media sosial kerana didapati melanggar PKP seperti makan beramai-ramai, solat berjemaah, menyambut hari jadi dan macam-macam lagi, tindakan mereka juga jelas suatu ketidaksenonohan yang nyata.

Mereka ini adalah golongan oportunis berikutan kedudukan, nama yang ada dan muka yang dikenali, lalu menggunakannya untuk menikmati jalan-jalan kehidupan bebas seperti hari-hari biasa.

Dengan nama dan kedudukan yang ada, mengguna pula alasan berjumpa menteri, walaupun mungkin mereka juga melalui sekatan jalanraya, tetapi sudah tentulah kelebihan untuk mendapat pelepasan lebih terbuka kerana muka mereka lebih dikenali.

Sebagaimana mereka juga terikat dengan peraturan duduk di rumah seperti rakyat biasa yang lain, dengan nama dan muka yang dikenali itu, mereka ini sepatutnya tidak perlu mengada-ngada untuk menonjol-nonjol diri berjumpa dan bergambar dengan menteri-menteri pada waktu PKP dikuatkuasakan ini.

Duduklah di rumah seperti rakyat biasa yang lain, lebih-lebih jika perjumpaan itu hanya bertujuan melobi projek, jawatan atau maksud-maksud lain yang sejenama dengannya. (ShahbudinHusin 21/04/2020)


at 4/22/2020 02:46:00 PG 
KERENGGA: TAK USAHLAH MENGADA-NGADA JUMPA MENTERI DI WAKTU PKP INI

Daftar Isi Al-Quran dan Terjemahan - Silakan Klik untuk membacanya:
  1. Surat Al Fatihah (Pembukaan)
  2. Surat Al Baqarah (Sapi Betina)
  3. Surat Ali 'Imran (Keluarga 'Imran)
  4. Surat An Nisa' (Wanita)
  5. Surat Al Ma'idah (Hidangan)
  6. Surat Al An'am (Binatang Ternak)
  7. Surat Al A'raf  (Tempat Tertinggi)
  8. Surat Al Anfal (Rampasan Perang)
  9. Surat At Taubah (Pengampunan)
  10. Surat Yunus (Nabi Yunus A.S.)
  11. Surat Hud (Nabi Huud A.S.)
  12. Surat Yusuf (Nabi Yusuf A.S.)
  13. Surat Ar Ra'd (Guruh)
  14. Surat Ibrahim (Nabi Ibrahim A.S.)
  15. Surat Al Hijr (Daerah Pegunungan)
  16. Surat An Nahl (Lebah)
  17. Surat Al Israa' (Memperjalankan Di Malam Hari)
  18. Surat Al Kahfi (Gua)
  19. Surat Maryam (Maryam)
  20. Surat Thaha (Thaahaa)
  21. Surat Al Anbiya' (Kisah Para Nabi)
  22. Surat Al Hajj (Ibadah Haji)
  23. Surat Al Mu'minun (Orang Mukmin)
  24. Surat An Nur (Cahaya)
  25. Surat Al Furqaan (Pembeda)
  26. Surat Asy Syu'ara' (Penyair)
  27. Surat An Naml (Semut)
  28. Surat Al Qashash (Cerita)
  29. Surat Al 'Ankabuut (Laba-Laba)
  30. Surat Ar Ruum (Bangsa Rumawi)
  31. Surat Luqman (Luqman)
  32. Surat As Sajdah ((Sujud)
  33. Surat Al Ahzab (Golongan Yang Bersekutu)
  34. Surat Saba' (Kaum Saba')
  35. Surat Fathir (Pencipta)
  36. Surat Yaasiin
  37. Surat Ash Shaffat (Yang Bershaf-Shaf)
  38. Surat Shaad
  39. Surat Az Zumar (Rombongan-Rombongan)
  40. Surat Al Mu'min (Orang Yang Beriman)
  41. Surat Fushshilat (Yang Dijelaskan)
  42. Surat Asy Syuura (Musyawarah)
  43. Surat Az Zukhruf (Perhiasan)
  44. Surat Ad Dukhaan (Kabut)
  45. Surat Al Jaatsiyah (Yang Berlutut)
  46. Surat Al Ahqaaf (Bukit Pasir)
  47. Surat Muhammad (Nabi Muhammad SAW)
  48. Surat Al Fath (Kemenangan)
  49. Surat Al Hujuraat (Kamar-Kamar)
  50. Surat Qaaf
  51. Surat Adz Dzaariyaat (Angin Yang Menerbangkan)
  52. Surat Ath Thuur (Bukit)
  53. Surat An Najm (Bintang)
  54. Surat Al Qamar (Bulan)
  55. Surat Ar Rahmaan (Yang Maha Pemurah)
  56. Surat Al Waaqi'ah (Hari Kiamat)
  57. Surat Al Hadid (Besi)
  58. Surat Al Mujadilah (Wanita Yang Mengajukan Gugatan)
  59. Surat Al Hasyr (Pengusiran)
  60. Surat Al Mumtahanah (Wanita Yang Diuji)
  61. Surat Ash Shaff (Barisan)
  62. Surat Al Jumu'ah (Hari Jum'at)
  63. Surat Al-Munafiqun (Orang-Orang Munafik)
  64. Surat At Taghabun (Hari Ditampakkan Kesalahan-Kesalahan)
  65. Surat Ath Thalaaq (Talak)
  66. Surat At Tahrim (Mengharamkan)
  67. Surat Al Mulk (Kerajaan)
  68. Surat Al Qalam (Pena)
  69. Surat Al Haqqah (Kiamat)
  70. Surat Al Ma'arij (Tempat-Tempat Naik)
  71. Surat Nuh (Nabi Nuh A.S)
  72. Surat Al Jin (Jin)
  73. Surat Al Muzzammil (Orang Yang Berselimut)
  74. Surat Al Muddatstsir (Orang Yang Berselimut)
  75. Surat Al Qiyamah (Hari Kiamat)
  76. Surat Al Insaan (Manusia)
  77. Surat Al Mursalat (Malaikat-Malaikat Yang Diutus)
  78. Surat An Naba´ (Berita Besar)
  79. Surat An Naazi´ (Malaikat-Malaikat Yang Mencabut)
  80. Surat 'Abasa (Bermuka Masam)
  81. Surat At Takwir (Menggulung)
  82. Surat Al Infithar (Terbelah)
  83. Surat Al Muthaffifiin (Orang-Orang Yang Curang)
  84. Surat Al Insyiqaaq (Terbelah)
  85. Surat Al Buruuj (Gugusan Bintang)
  86. Surat Ath Thaariq (Yang Datang Di Malam Hari)
  87. Surat Al A´Laa (Yang Paling Tinggi)
  88. Surat Al Ghaasyiyah (Hari Kiamat)
  89. Surat Al Fajr (Fajar)
  90. Surat Al Balad (Negeri)
  91. Surat Asy Syams (Matahari)
  92. Surat Al Lail (Malam)
  93. Surat Adh Dhuhaa (Waktu Dhuha)
  94. Surat Alam Nasyrah /Al Insyirah (Bukankah Kami Telah Melapangkan)
  95. Surat At Tiin (Buah Tin)
  96. Surat Al 'Alaq (Segumpal Darah)
  97. Surat Al Qadr (Kemuliaan)
  98. Surat Al Bayyinah (Bukti Yang Nyata)
  99. Surat Al Zalzalah (Goncangan)
  100. Surat Al 'Adiyat (Kuda Perang Yang Berlari Kencang)
  101. Surat Al Qari'ah (Hari Kiamat)
  102. Surat At Takatsur (Bermegah-Megahan)
  103. Surat Al 'Ashr (Masa)
  104. Surat Al Humazah (Pengumpat)
  105. Surat Al Fiil (Gajah)
  106. Surat Quraisy (Suku Quraisy)
  107. Surat Al Ma'un (Barang-Barang Yang Berguna)
  108. Surat Al Kautsar (Nikmat Yang Banyak)
  109. Surat Al Kafirun (Orang-Orang Kafir)
  110. Surat An Nashr (Pertolongan)
  111. Surat Al Lahab (Gejolak Api)
  112. Surat Al Ikhlas (Memurnikan Keesaan Allah)
  113. Surat Al Falaq (Waktu Subuh)
  114. Surat An Naas (Manusia)


Tiada ulasan: